Breaking News

PKA Ke 7 Tahun 2018

Mau Lihat Bukti Kebesaran Kerajaan Aceh? Yuk Kunjungi History Expo di Kompleks Museum Aceh

Sejumlah karya agung dari ulama lintas zaman dan termasyhur di Aceh pada abad ke 17 dipamerkan di Gedung Edukasi Museum Negeri Aceh.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
KOLASE SERAMBINEWS.COM/IST
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, melihat-lihat kitab kuno Aceh yang dipamerkan di Gedung Edukasi Museum Negeri Aceh, Banda Aceh, Rabu (8/8/2018). 

“Ada juga beberapa manuskrip lainnya seperti manuskrip gempa, manuskrip kecantikan, manuskrip jodoh,” kata Direktur Rumoh Manuskrip Aceh, Tarmizi Abdul Hamid kepada Serambinews.com, Rabu (8/8/2018).

Pria yang akrab disapa Cek Midi sudah 20 tahun berkecimpung menyelamatkan literasi Aceh.

Pada PKA VII ini, dia mengeluarkan sejumlah koleksi spesialnya

“Kami ingin menyukseskan even akbar budaya terbesar di Aceh. Ini adalah bentuk apresiasi terhadap perkembangan budaya dan sejarah dari peninggalan khazanah Aceh yang tiada tergantikan,” ujarnya.

Ia memaparkan, kitab Bustan Al Salatin yang memiliki judul lengkap "Bustan al-Salatin fi Zikri al-Awwalin wa al-Akhirin (Bustanus Salatin) adalah salah satu koleksi yang jarang dipamerkan, karena sangat langka.  

Kitab ini merupakan buah karya Syekh Nurdin Al Raniry, ulama besar Aceh yang berasal dari Ranir di India Selatan.

Kitab ini berisikan tata negara pemerintahan/kesultanan dan sejarah Aceh masa lalu.

Bustan Al Salatin terdiri atas 7 bab dan terbagi kepada 40 pasal.

“Manuskrip ini ditulis dari tahun 1636 sampai 1642 M,” kata Cek Midi.

Selain Bustan Al Salatin, stand Cek Midi ini juga memamerkan manuskrip lain karya Nurdin Ar Raniry, yaitu Sirat Al Mustaqim.

Kitab yang bermakna “Jalan yang Lurus” ini ditulis pada abad 17, berisi tentang fiqh ibadah.

“Sirat al-Mustaqim (Jalan yang Lurus) merupakan kitab terlengkap pada abad ke-17 yang dikarang oleh Nuruddin al-Raniry atau bernama lengkap Syeikh Nuruddin Muhammad ibnu ‘Ali ibnu Hasanji ibnu Muhammad Hamid ar-Raniri al-Quraisyi,” urai Cek Midi.

(Baca: Cagok Bireuen Juara di PKA)

(Baca: Masyarakat Antusias Sambut PKA)

Ia menambahkan, kitab fiqh Sirat al-Mustaqim menjadi rujukan pemerintah pada masa kerajaan Aceh dalam pelaksanaan fiqhiyyah dan ubudiyyah.

Karena kitab tersebut dirangkai dari awal mula sebelum melaksanakan tata cara ibadah dan sesudahnya.

“Kitab Sirat al-Mustaqim juga menjadi inspirasi bagi Arsyad al-Banjari dari Banjar dalam menulis sebuah manuskrip yang bernama Sabil al-Muhtadin,” ujarnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved