Kupi Beungoh
Inspirasi dari Nasrul Haidi, Alumnus Jeumala Amal yang Jadi Dokter Spesialis Bedah di Aceh
Menuju semester lima kuliah di Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry, kami kawan-kawannya nyaris tak percaya, rupanya ia melawan takdirnya.
Kerjanya hanya dua, kuliah dan belajar.
Pernah saya ikut bermalam di kamar kosnya di Lamprit, Nasrul belajar terus menerus. Anaknya memang lurus, tidak merokok juga tidak pacaran.
Saya tak tahu kapan ia menamatkan strata satu kedokterannya.
Pada bulan Desember tahun 2004, empat bulan sebelum gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan Banda Aceh, saya menjadi salah satu mahasiswa yang diwisuda di IAIN Ar-Raniry.
Beberapa kawan satu asrama di Dayah Jeumala Amal, bertemu ketika wisuda, tapi Nasrul tidak pernah terlihat.
(Tgk Hamdani Pimpin Dayah Jeumala Amal)
Setelah tsunami ia masih menjadi mahasiswa di kedokteran, sedang kami sibuk menekuni profesi masing-masing, bekerja apa saja yang bisa.
Lama tak bertemu, berkomunikasi juga tidak.
Suatu waktu, sekitar tahun 2010, kami bertemu di Bireuen.
Pada pertemuan itulah, saya melihat Nasrul sudah menjadi dokter berseragam PNS.
Tubuhnya tetap kurus, tapi pertemuan kali ini tak lama, dari jauh saya melihat 'aura dokter' pada wajahnya.
Saya minta dan menyimpan nomor selulernya.
Setiap sakit, baik itu orang tua, adik, istri dan anak, Dokter Nasrul adalah tempat berkonsultasi.
Sering juga mendengar second opinion darinya.
Karena memang, dia lah kawan satu asrama dan satu kelas di dayah yang menjadi dokter.
(Aceh United Melesat ke Empat Besar)
(Dokter Indonesia Gugat Peraturan Baru BPJS)
Belakangan dunia era revolusi 4.0 semakin canggih.