Bahaya yang Mengancam Tubuh Jika Kencing di Kolam Renang

Ini saatnya menjaga kolam renang bersama. Bukan hanya untuk kesehatan dan kebersihan diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Editor: Fatimah
timeout.com
Jangan lagi kencing di kolam renang, apalagi kolam renang umum. 

Untuk mengetahui seberapa banyak kotoran dalam kolam renang, dosen Sekolah Ilmu Teknologi Politeknik Ngee Ann, Singapura, Selvadurai Sathananthan, berhasil mengembangkan teknologi pengolahan air yang sudah dirancangnya lebih dari satu dekade.

Tidak hanya air liur dan air seni, alat ini juga mampu mengukur partikel padat lainnya, seperti kotoran, daun, perban, dan kadang kecoak.

Baca: Demo Mahasiswa Aceh Barat Berlanjut ke Polres

 
Selain itu, terlalu banyak kandungan amonia (senyawa kimia berupa gas dengan bau tajam yang khas dan dapat merusak kesehatan) di kolam renang dapat menimbulkan masalah pernapasan dan iritasi mata.

"Sumber utama amonia di kolam renang sebenarnya dibawa oleh perenang. Dari kencing mereka, kotoran tubuh, dan cairan lendir yang sangat berkontribusi terhadap peningkatan amonia," kata Sathananthan seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (13/11/2017).

Di Singapura sendiri belum ada penelitian seperti yang dilakukan di Kanada.

Namun, mereka telah mengembangkan tes yang dikenal dengan uji amonia klorin untuk menunjukkan adanya amonia dalam kolam.

Mereka mengumpulkan 10 sampel air dari 24 kolam renang yang ada di Singapura.

Sampel ini diuji di laboratorium reagen (khusus untuk reaksi kimia, biasa dipakai untuk mengetes darah) milik Sathananthan.

Baca: Delegasi Panton Labu Ikut Ramaikan Aksi Demo di Depan Istana Negara Tuntut Pemekaran

Hasilnya, semua sampel positif memiliki kandungan amonia yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi merah muda meskipun kandungan satu kolam renang dengan lainnya berbeda.

Peneliti senior kolam renang Tampines, Singapura, Derrick Yeo, memastikan bahwa kolam renang memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan oleh National Environmental Agency (NEA).

"Sampel air dari kolam renang seperti di Tampines rutin dikirim untuk diuji kadar bakteri dan kumannya," ujar Yeo.

Dia menyebut, hal ini mengikuti Environmental Public Health Act yang mengharuskan operator kolam renang memenuhi kondisi tertentu sebelum kolam digunakan masyarakat.

Paling tidak dalam satu bulan, tim laboratorium terakreditasi akan menganalisis kualitas kimia dan bakteri dalam kolam untuk selanjutnya hasil tesnya wajib diserahkan ke NEA.

"Kami sudah lulus uji selama ini. Kondisi selama ini bisa diterima. Jika lebih banyak orang yang buang air kecil di kolam renang, kondisinya mungkin akan berubah," kata Yeo.

Faktanya, operator kolam renang umum hanya mengganti 10 sampai 12 persen air lama dengan air baru setiap hari.

Baca: Dinas Sosial Aceh Singkil Gelar Bakti Sosial di Lokasi Rawan Bajir

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved