Mengenang Dahsyatnya Tsunami Aceh - Begini Kengerian saat Air Laut Menerjang Daratan (1)
Saya melanjutkan membaca koran. Saat itu isu politik konflik GAM dan Pemerintah RI masih mewarnai halaman surat kabar.
Allahu Akbar! Saya melihat di sekeliling juga sudah ada warga lain di lapangan bola saat gempa terjadi.
Kami saling berpandangan tanpa berkata-kata. Semuanya diam. Semuanya seperti bengong.
Saya teringat keadaan ibu, bapak, adik dan keluarga lain di rumah.
Saya bergegas mengambil keputusan untuk pulang.
Sepanjang jalan saya melihat banyak warga berdiri di depan rumah mereka.
Sedangkan rumah saya terpaut sekitar 25 meter dari lapangan itu.
Beberapa rumah terlihat dalam kondisi miring dan retak-retak akibat gempa.
Banyak warga yang juga berdiri di pinggir jalan.
Baca: Gempa dan Tsunami Palu - Banyak Mayat Berserakan di Pantai dan Sebagian Mengambang di Laut
Mereka saling bertanya, tentang apa yang sesungguhnya terjadi.
Setiba di rumah, saya melihat semua anggota keluarga sudah berkumpul di luar.
Mereka tak berani masuk dalam rumah karena takut ada gempa susulan.
Tapi saya berkeras hati, bersama ibu memberanikan diri masuk.
Banyak perabotan dalam rumah sudah berantakan.
Ada yang jatuh, miring, gelas-gelas pecah karena terjun dari lemari termasuk satu televisi ikut jatuh ke atas kursi, tapi tidak pecah.
Saya membantu ibu membereskan semua barang-barang yang pecah untuk dibuang keluar.