Bukan DN Aidit, Ternyata Dua Orang Inilah Pentolan PKI Bahkan Pernah Bertemu Stalin di Uni Soviet
Henk mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.
SERAMBINEWS.COM - Semenjak tanggal 30 bulan September tahun 1965, republik ini selalu mengenang peristiwa berdarah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
PKI sendiri didirikan Mei 1914, oleh orang bukan asli Pribumi, melainkan oleh sosialis kompeni Belanda bernama Henk Sneevliet.
Henk mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.
Setelah Indonesia merdeka ISDV berganti nama menjadi PKI yang lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung dan dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan China tentunya.
Baca: Film Pengkhianatan G30S/PKI, Karya Seni yang Dianggap Meneror Satu Generasi
Banyaknya massa PKI disebabkan rakyat Indonesia (saat itu) menilai ideologi komunis cocok dengan keadaan mereka.
Menukil dari Kompas.com, Intisari dan Tribunnews, tentu tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling dikenal ialah Dipa Nusantara Aidit/DN Aidit.
Memang sih, DN Aidit dianggap yang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah G30S PKI dan tabu jika ia mengaku tak tahu menahu mengenai peristiwa tersebut.
Namun siapa sangka jika Aidit bakal menjadi 'anak bawang' jika bertemu dengan dua pentolan PKI ini.
Tersebutlah Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.
25 Desember 1925, para pemimpin PKI mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu mereka membahas aksi berupa pemogokan hingga angkat senjata yang bakal dilakukan oleh kaum tani serta buruh.
Baca: Live Streaming Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI, Malam Ini Pukul 21.00 WIB di TV One
Baca: Film Pengkhianatan G30S/PKI, Karya Seni yang Dianggap Meneror Satu Generasi
Tujuannya ialah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara kepada pendudukan Belanda.
Rencana itu lantas harus disampaikan kepada wakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.
PKI lantas mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.

Komintern di Singapura menindaklanjuti rencana pemberontakan tersebut dengan memberangkatkan keduanya ke Moskow, Uni Soviet.