Luar Negeri

Rumitnya Politik Bosnia, Negeri dengan Tiga Presiden, Sulit Berkiprah di Kancah Internasional

Ketiga politisi yang duduk di lembaga kepresidenan setiap delapan bulan bergantian untuk menjadi ketua.

Editor: Faisal Zamzami
Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic, Presiden Bosnia-Herzegovina Alija Izetbegovic, dan Presiden Kroasia Franjo Tudjman meneken Perjanjian Damai Dayton yang mengakhiri Perang Bosnia dan memulukan jalan penandatanganan Kerangka kerja Kesepakatan Damai di Bosnia dan Herzegovina? pada 14 Desember 1995 di Istana Elysee, Paris, Perancis. (US Air Force/Staff Sgt. Brian Schlumbohm) 

Namun, tiap entitas etnis juga diizinkan memiliki kepolisian, sistem pendidikan, kesehatan, dan perekonomian sendiri.

Masalah politik belum berakhir karena adanya visi berbeda di antara kelompok-kelompok etnis untuk negeri tersebut.

Muslim Bosnia menginginkan sentralisasi yang lebih kuat sedangkan etnis Serbia memilih tetap mempertahankan otonomi.

Sedangkan etnis Kroasia lebih terbelah, sebagian dari mereka ingin menciptakan entitas terpisah.

Seorang perempuan memberikan suaranya dalam pemilihan umum di sebuah TPS di ibu kota Sarajevo, Minggu (7/10/2018).(AFP/ANDREJ ISAKOVIC)
Seorang perempuan memberikan suaranya dalam pemilihan umum di sebuah TPS di ibu kota Sarajevo, Minggu (7/10/2018).(AFP/ANDREJ ISAKOVIC) 

Baca: Kadisdik Aceh Minta Hasil UN 2019 Harus Meningkat, Jika tidak Kepala Sekolah Harus Siap Dimutasi

Baca: Usai Kalahkan McGregor, Khabib Nurmagomedov Dapat Ucapan Selamat dari Vladimir Putin

Perjanjian Dayton

Kerumitan ini merupakan warisan Perjanjian Dayton yang disponsori AS untuk menghentikan perang yang menewaskan 100.000 orang.

Sistem politik yang diciptakan perjanjian ini memang menghentikanpertumpahan darah tetapi menciptakan keruwetan sistem politik.

Perjanjian ini mengedepanjan pembagian kekuasaan "yang merata" di antara ketiga etnis yang berseteru di masa perang yaitu Serbia, Kroasia, dan Muslim-Bosnia.

Muslim-Bosnia merupakan etnis mayoritas yang mencakup 50.1 persen seluruh penduduk negeri itu.

Sementara itu, 30,8 persen adalah etnis Serbia yang menganut Kristen Ortodoks dan 15,4 persen etnis Kroasia yang Katolik.

Sementara empat persen sisanya adalah etnis minoritas yang tidak diakomodasi Perjanjian Dayton yaitu komunitas Yahudi, etnis Roma, dan "ostali" atau etnis "lain" yang tak termasuk tiga etnis utama.

Etnis-etnis minoritas ini memiliki suara dan bisa memilih tetapi nyaris tidak mungkin aspirasi mereka sampai ke level atas pemerintahan.

Di sisi lain, rumitnya birokrasi membuat negeri itu semakin tak bisa berfungsi secara normal.

Secara total, negeri ini memiliki 180 menteri atau satu menteri untuk 20.000 orang.

Dengan rasio semacam ini, negara sebesar Jerman bisa memiliki 4.000 menteri.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved