Dr Lie Dharmawan, Bangun Rumah Sakit Apung Demi Mewujudkan Pesan Ibu

Bekerja tanpa pamrih, bahkan tanpa berharap pembayaran sekali pun, di lokasi-lokasi terpencil di pelosok-pelosok Indonesia.

Editor: Fatimah
Intisari online
dr. Lie Dharmawan, bekerja tanpa pamrih. 

Menurut pastor yang mendampingi, si ibu datang dari Samlaki, tiga hari dua malam melintasi laut hanya untuk menemui Lie.

Rupanya anak perempuan itu menderita hernia dengan usus terjepit dan harus segera dilakukan pembedahan. Dalam 8-9 jam ususnya harus diselamatkan.

Baca: Pasutri di Galus Selundupkan 20 Bal Ganja Kering Pakai Mobil, Begini Modusnya

Kalau sampai terlambat, usus bisa pecah dan menyebabkan kematian. Setelah sukses melakukan operasi, Lie tiba-tiba merasakan ada kekuatan supernatural yang melindungi anak itu. Suatu mukjizat yang luar biasa.

Sejak itulah Lie bertekad untuk menolong orang-orang yang berada di kawasan terpencil yang karena hambatan finansial, transportasi, dan sebagainya, tidak memiliki akses ke pertolongan medis.

Bahkan ia bertekad akan menjemput bola. “Kalau mereka tidak bisa kemari, kenapa bukan kami yang ke sana,” tuturnya.

Terkecil di dunia

Meski gagasan pembuatan RSA sudah ada di benak Lie sejak 2008, namun realisasinya baru pada 2013. Maklum, sempat ada pro-kontra terhadap rencana ini. Apalagi kala itu belum ada referensi tentang rumah sakit apung yang dikelola swasta.

Baca: Pasutri di Galus Selundupkan 20 Bal Ganja Kering Pakai Mobil, Begini Modusnya

Rumah sakit terapung yang ada adalah milik TNI Angkatan Laut. Itu pun hanya digunakan pada saat perang.

Awalnya tim doctorSHARE sulit menemukan kapal yang sesuai. Berbagai jenis kapal dikaji, namun dirasa kurang cocok jika harus menghadapi berbagai kondisi medan di pelosok Indonesia.

Akhirnya diputuskan untuk memakai perahu nelayan yang sederhana dan berbahan kayu, karena dianggap lebih memadai.

Kapal ini memang kecil. Bahkan mungkin, kata Lie, rumah sakit apung terkecil di dunia. “Tapi semangat kebaikannya begitu menggebu dan tidak pernah putus asa,” tutur dokter yang memiliki empat spesialisasi bedah yaitu bedah umum, bedah jantung, bedah toraks, dan bedah pembuluh darah ini.

Baca: Warga Agara Heboh Kasus Uang Ratusan Juta Hilang dari Mobil, Saksi Lihat Uang Berserakan di Jalan

Layak disebut terkecil di dunia, karena RSA ini hanya berukuran panjang 23,5 m, lebar 6,55 m dan bobot mati 114 ton. Kapal terbagi atas tiga dek.

Dek atas untuk nakhoda dan tempat para relawan, dek tengah berisi ruangan steril dan ruang operasi, sedangkan dek bawah adalah laboratorium.

Meski sudah hampir tiga tahun berlayar, Lie masih menyebut aksi sosialnya ini sebuah “kegilaan”. Sebab, ternyata kapal ini hingga kini belum memiliki izin sebagai rumah sakit. Sudah ada upaya mengurusnya, tapi ternyata undang-undangnya malah belum ada.

Contoh, kalau ditanya di mana alamat rumah sakitnya? Jawabannya, di seluruh laut di Indonesia. Lie tidak bisa menunggu peraturan, karena orang sakit tidak bisa menunggu.

Baca: Link Live Streaming RCTI Timnas Indonesia U-19 Vs Uni Emirat Arab, Laga Hidup Mati Garuda Nusantara

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved