Mengenal Kemoterapi: Dari Arti, Cara Pengobatan, Hingga Efek Sampingnya
Maka jawabannya banyak. Bisa karena gaya hidup atau juga faktor genetik. Yang pasti seluruh tubuh kita bisa menjadi sel kanker.
SERAMBINEWS.COM - Seperti yang kita tahu, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia.
Menurut World Health Organization (WHO), setidaknya ada 18 juta kasus kanker dengan jumlah kematian sebesar 9 juta jiwa di tahun 2018.
Baca: Dua Polisi yang Membawa 130 Kg Ganja dengan Mobil Patroli Berasal dari Kutacane dan Blangjerango
Jika ditanya, apa yang menyebabkan kanker?
Maka jawabannya banyak. Bisa karena gaya hidup atau juga faktor genetik. Yang pasti seluruh tubuh kita bisa menjadi sel kanker.
Baca: Alami Kabut Otak yang Intens, Wanita Ini Tidur 20 Jam dalam Sehari
Lalu bagaimana cara mencegah agar sel kanker tidak menjadi lebih ganas?
“Deteksi dini. Hanya itu jawabannya,” kata dr. Jeffrey Tenggara, Sp.PD-KHOM, Konsulen Hematologi dan Onkologi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk dalam sebuah acara di Jakarta Barat pada Kamis (6/12/2018).
dr. Jeffrey menambahkan karena seluruh tubuh kita bisa berubah menjadi sel kanker, maka kita harus mengenal tubuh kita dengan baik.
Baca: Fakta Dibalik Foto Wanita yang Mengenakan Burka Gandeng Bocah Yahudi
Seperti periksalah seperti apa kotoran kita. Apakah warna hitam, ada daerah, atau ada masalah lain. Atau coba periksa tubuh Anda, apakah ada benjolan. Jika Anda coba cek, apakah itu sakit atau tidak.
Jika sakit dan benjolan tidak hilang-hilang, maka silahkan bertemu dokter agar langkah selanjutnya bisa dilakukan.
Baca: Tak Pernah Muncul di TV, Mulan Jameela Jadi Caleg Partai
Namun jika seseorang sudah didiagnosis kanker dan kankernya merupakan stadium lanjut (di atas stadium 1), maka kemoterapi biasanya menjadi pilihan.
Dijelaskan oleh dr. Jeffrey bahwa kemoterapi adalah menyuntikan obat dan hanya dilakukan setelah sel kanker diangkat dari tubuh pasien.
Baca: Diduga karena Transaksi Dana Secara Ilegal ke Iran, Petinggi Huawei Diciduk Amerika Serikat
Jumlah obat, dosis, dan seberapa sering pasien kanker menerimanya, semuanya tergantung bagaimana kondisi pasien dan apa jenis kankernya.
Sebagai contoh, untuk kanker usus biasanya pasien melakukan enam hingga 12 kali kemoterapi dengan jarak per 2 minggu.
Sementara untuk kanker payudara dan paru-paru, pasien biasanya melakukan kemoterapi sebanyak enam kali dengan jarak 3 minggu.
Baca: Temuan Seratusan Kardus Rokok Ilegal di Lhokseumawe, Satu Jadi Tersangka, Dua Dibebaskan
Kemoterapi sendiri bisa dilakukan sendiri (tunggal) atau kombinasi (dengan radiasi). Tergantung jenis kankernya.
dr. Jeffrey menambahkan, saat ini ada berbagai cara untuk pemberian obat kemoterapi selain disuntik. Ada 3, yaitu:
1. Port-a-cath, di mana alat ini dipasang di tubuh pasien dan berada di dekat jantung. Fungsinya obat langsung disalurkan ke jantung.
Waktu pemasangannya hanya setengah jam dan bisa bertahan ditubuh pasien selama satu tahun.
2. Ommaya reservoir, di mana alat masuk lewat kepala. Ini bisa untuk kanker otak dan kanker yang menyebar hingga ke otak.
Jika tidak lewat kepala, maka bisa lewat tulang belakang. Disebut intrathecal space. Biasa digunakan untuk pasien leukemia anak.
3. Peritoneal space, di mana alat dipasang untuk membatasi area perut (ginjal, usus besar, dan usus kecil). Bisa untuk pasien kanker perut.
Jadi, saat ini dokter punya berbagai cara untuk melakukan pemberian obat kemoterapi. Tidak hanya suntil di tangan.
Baca: Temuan Seratusan Kardus Rokok Ilegal di Lhokseumawe, Satu Jadi Tersangka, Dua Dibebaskan
Lalu adakah efek samping dari kemoterapi?
Menurut dr. Jeffrey semua obat di dunia ini punya efek samping. Bahkan ketika minum air putih saja, ada efek sampingnya, yaitu kembung dan bolak-balik ke kamar mandi.
Apalagi untuk obat kemoterapi yang cukup keras.
Baca: Seorang Pria Punya 4 Istri dan Hidup Rukun, Istri Pertama: Lebih Baik Main Bersih daripada Selingkuh
Beberapa efek samping dari kemoterapi antara lain mual dan muntah (paling umum), rambut rontok, hemoglobin turun, diare, kejang, infeksi, lemas, hingga mimisan.
Seram? Memang seperti itu. Namun dr. Jeffrey menambahkan namanya efek samping tidak selalu terjadi.
Baca: Sosok Kepala Departemen Intelijen yang Memancing Khashoggi untuk Datang di Hari Pembantaiannya
“Contoh ada pasien saya berumur 76 tahun, namun selama kemoterapi dia selalu tertawa dan kondisinya baik-baik saja.”
“Tapi ada pasien saya berusia 30 tahun, baru satu kali kemoterapi langsung drop.”
“Karenanya ini bergantung pada kondisi pasien juga.”
Dengan ini, Siloam Hospitals Kebon Jeruk membuka Unit Kemoterapi, Sistemik, dan One Day Care di bawah pengawasan Konsulen Hematologi dan Onkologi untuk berkomitmen membantu dan pasien dalam setiap proses kemoterapi yang berlangsung.
Baca: Viagra Gagal Jadi Obat Jantung, Tapi Sukses Atasi Disfungsi Ereksi
Dalam uni tersebut, akan ada beberapa dokter yang bergabung untuk menemukan jalan terbaik untuk pasien.
Sebab, untuk menangani pasien kanker, tidak ada dokter tunggal. Semua dokter yang sesuai dengan kondisi pasien akan ikut membantu proses pemulihan.
Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Lebih Mengenal Kemoterapi: Dari Arti, Cara Pengobatan, Hingga Efek Sampingnya