Diapit Dua Patahan Sumatera, Banda Aceh Rawan Gempa, Begini Penjelasan Peneliti
Research itu juga memprediksikan kehancuran bangunan atau infrastruktur jika sewaktu-waktu gempa terjadi
Penulis: Subur Dani | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Subur Dani | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kota Banda Aceh yang berada di ujung Pulau Sumatera ternyata diapit oleh dua patahan atau sesar Sumatera yang masih aktif, yaitu patahan segmen Aceh dan segmen Seulimuem.
Oleh sebab itu, menurut hasil research Ibnu Rusydy, M.Sc, peneliti Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDRMC) Universitas Syiah Kuala baru-baru ini, Kota Banda Aceh ternyata tergolong masih rawan terjadinya gempa bumi.
Data hasil penelitian itu diperjelas kembali oleh rekannya Ibnu Rusydy, Dr Muksin Umar yang juga peneliti TDRMC dalam konferensi pers di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Rabu (2/1/2019).
Baca: Gudang Penjual BBM di Simeulue Terbakar, Ini Dugaan Penyebabnya
Baca: Update Kerugian Bencana di Aceh Tahun 2018, Ini Penjelasan Ketua BPBA
Meski dilintasi dua patahan, namun tidak dapat diprediksi kapan gempa bumi akan terjadi.
"Tidak ada ilmuwan yang bisa memprediksi gempa sampai sekarang. Tapi kita bisa melihat potensi gempa bumi berdasarkan sesar atau patahan yang kita ketahui ini. Oleh karena itu kita harus bersikap siap jika sewaktu-waktu gempa terjadi," kata Muksin.
Dalam research itu diungkapkan, patahan segmen Aceh dan Seulimuem merupakan bagian dari patahan Sumatera dari Teluk Semangko di Lampung sampai ke Provinsi Aceh.
Baca: 7 Ponsel Terbaik yang Paling Dinanti di Tahun 2019
Dari Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, patahan Sumatera terpecah menjadi dua segmen, satu segmen menerus sampai ke Indrapuri-Mata Ie-Pulau Breuh-Pulau Nasi. Segmen ini dinamakan segmen Aceh.
Sementara segmen Seulimuem, dimulai dari Seulimuem, Krueng Raya, hingga ke Sabang.
Menurut Muksin, sesuai dengan hasil research Ibnu Rusydy tersebut, segmen Aceh itu sudah 170 tahun tidak menimbulkan gempa bumi.
Jika suatu saat terjadi gempa, maka potensi getarannya bisa bermagnitudo 7.0.
Baca: Perayaan Tahun Baru Usai, Ribuan Muslim Beraksi Bersihkan Sampah di 50 Kota di Seluruh Inggris
Research itu juga memprediksikan kehancuran bangunan atau infrastruktur jika sewaktu-waktu gempa terjadi.
Untuk memprediksi tingkat kerusakan bangunan akibat gempa bumi yang bersumber dari segmen Aceh maupun segmen Seulimuem.
Ibnu Rusydy dalam penelitiannya melakukan pendataan jenis bangunan, peruntukan bangunan, kondisi geologi tanah di Kota Banda Aceh, dan membuat model gempa.
Baca: Kasus Penimbunan Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Sakti, Polres Pidie Sita 5 Ton Urea
Hal ini dilakukan, karena tingkat kerusakan bangunan sangat dipengaruhi oleh jenis konstruksi
Bangunan, jumlah lantai, kondisi geologi tempat bangunan berdiri, goncangan tanah akibat gempa bumi, dan pengaruh likuifaksi.
Dari hasil permodelan berdasarkan beberapa faktor itu, didapatkan.
Baca: BREAKING NEWS - Gempa Bumi Berkekuatan 5,1 SR Guncang Banda Aceh
Baca: Gempa Guncang Pangandaran, Jawa Barat
Apabila gempa bumi dengan magnitudo Mw 7 bersumber dari segmen Aceh, maka diperkirakan masing-masing bangunan di Kota Banda Aceh akan mengalami kerusakan antara 40 - 80 persen.
Apabila gempa magnitude Mw 7 bersumber dari segmen Seulimuem, maka masing-masing bangunan akan mengalami kerusakan antara 20 - 6 persen.(*)