Di Indonesia Dikritik Warganet, Budaya Beres Bekas Makanan Sendiri Lumrah di Luar Negeri

Jika dibandingkan dengan KFC di luar negeri, memang banyak yang konsumennya sudah terbiasa membereskan sendiri sampah sisa bersantap mereka.

Editor: Fatimah
Dok. KFC Indonesia
Kampanye #BudayaBerberes dari KFC Indonesia menuai pro dan kontra di kalangan netizen. 

Amel mengatakan, ada banyak penelitian yang menemukan bahwa mayoritas orang normal dan tidak memiliki gangguan kejiwaan juga memiliki kemampuan yang baik untuk mengenali emosi orang lain.

Lantas apakah yang membuat beberapa orang yang bisa merasakan emosi orang lain memilih untuk mengabaikannya?

Baca: Jalan Eks KKA Tertimbun Longsor, Kendaraan Masih Bisa Melintas

"Persoalannya adalah, jangan-jangan orang itu menolak untuk melakukan hal yang baik atau melakukan hal yang berkaitan dengan membantu kemudahan orang lain. Itu persoalannya bisa jadi pada diri mereka sendiri," jelasnya.

"Artinya mereka enggak bisa membayangkan kalau orang lain bakal senang ketika mereka melakukan sesuatu yang baik. Karena mereka (yang tidak mau melakukannya) bisa jadi dalam kondisi yang sedang tidak baik," ungkapnya.

Sedang ada di kondisi tidak baik bukan berarti sedang mengalami gangguan kepribadian.

Kondisi tidak baik yang dimaksud Amel adalah saat seseorang sedang mengalami depresi, kesusahan, stres, mood buruk, atau memiliki beban pikiran yang berat.

Baca: Hasil Semifinal Malaysia Masters 2019 - Singkirkan Goh/Tan, Marcus/Kevin Putuskan Asa Tuan Rumah

"Mereka tidak mungkin bisa mengubah orientasinya kepada orang lain. Bayangan mereka soal diri mereka sendiri, jadi enggak mungkin mereka bergerak kemana-mana, kecuali tentang dirinya sendiri," imbuhnya.

Sehingga, orang yang kontra terkait ajakan KFC Indonesia, Amel melihatnya mungkin ada indikasi mereka sedang memiliki masalah dengan dirinya sendiri sehingga tidak dapat memikirkan orang lain.

Baca: Antisipasi Banjir, Warga Kutacane Lama Bangun Tanggul Darurat

Mereka bukan hanya enggan membereskan sampah makanan sendiri. Amel melihat, kemungkinan besar orang-orang ini juga tidak akan mau membantu orang lain dalam berbagai hal.

Kemudian tentang mereka yang pro dan justru meremehkan orang lain, Amel melihat ini indikasi perilaku buruk juga.

Hal ini mungkin karena mereka sempat memiliki pengalaman tinggal di sebuah lingkungan yang menganggap kampanye seperti yang dilakukan KFC sangat biasa, kemudian di Indonesia ternyata muncul pro kontra.

"Ini yang kemudian mungkin membuat anggapan bahwa masyarakat Indonesia terbelakang," katanya.

Untuk itu, menurutnya orang yang pro tapi meremehkan dan menjelekkan mereka yang kontra, memiliki perilaku yang sama buruknya seperti orang yang enggan melakukan hal sederhana.

Bagaimana sebaiknya menanggapi hal ini?

Menurut Amel, edukasi semacam ini sebenarnya penting dan yang terjadi di sini adalah adanya dua kubu ekstrem.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved