Di Indonesia Dikritik Warganet, Budaya Beres Bekas Makanan Sendiri Lumrah di Luar Negeri

Jika dibandingkan dengan KFC di luar negeri, memang banyak yang konsumennya sudah terbiasa membereskan sendiri sampah sisa bersantap mereka.

Editor: Fatimah
Dok. KFC Indonesia
Kampanye #BudayaBerberes dari KFC Indonesia menuai pro dan kontra di kalangan netizen. 

Meski belum menerapkan aturan ini untuk pelanggan, lanjut Sutji, aturan membereskan sampah bekas makanan sendiri ini sudah dilakukan oleh para karyawannya.

"Di Indonesia kami memang belum menerapkan atau belum pernah ada aturan seperti itu (membuang sampah bekas makanan sendiri), tapi paling secara internal aja karyawan-karyawan McDonald's sudah mulaimenerapkan budaya membereskan makanannya sendiri saat makan di kantor maupun di restoran cepat saji," kata dia.

Baca: Pegawai dan Warga Kedapatan Merokok di Kawasan KTR di Aceh Tengah, Rokok dan Asbak Disita

Pendapat Psikolog

Terkait semua komentar pedas itu, mengapa ada orang yang seperti tidak sudi melakukan hal sederhana dan mengapa ada beberapa kalangan yang pro justru merasa dirinya lebih baik dibanding mereka yang tidak melakukannya?

Menjawab pertanyaan itu, Kompas.com menghubungi psikolog sosial Rizqy Amelia Zein. Setelah Amel melihat pro kontra yang terjadi di media sosial, hal tersebut mengindikasikan dua hal.

Baca: Abu Bakar Baasyir Bebas, Namun Ia Menolak Taat Pada Pancasila

"Yang pertama terlintas di kepala saya adalah soal empati," kata Amel dihubungi Kompas.com via telepon, Kamis (17/1/2019).

Empati berasal dari kata empatheia yang berarti ikut merasakan.

Dosen pengajar di Universitas Airlangga, Surabaya, itu menjelaskan, dalam psikologi konsep empati sebenarnya sudah muncul sebelum empati itu sendiri.

Tahapan pertamanya, apakah orang dapat mengenali emosi orang lain. "Jadi misalnya ada teman atau saudara sedang sedih, apakah saya bisa merasakan kesedihannya dan tahu bahwa ia sedang sedih, misalnya," jelasnya memberi contoh.

Baca: Abu Bakar Baasyir Bebas, Namun Ia Menolak Taat Pada Pancasila

 
Setelah mengenali emosi orang lain, tahapan selanjutnya manusia akan membayangkan apa yang akan dirasakan saat sedih.

"Setelah itu akan menjadi empati dan akan menjadi perilaku menolong," paparnya.

Berkaitan dengan pro kontra kampanye #BudayaBerberes yang digaungkan KFC, Amel melihat persoalan di sini sebenarnya sederhana, yakni mengapa kita harus membereskan makanan.

"Kalau saya lihat di (kolom) komentarnya, itu enggak salah juga. Memang orang datang ke sana untuk makan dan perusahan juga membayar cleaner. Sebenarnya diberesin atau enggak (oleh konsumen) juga akan tetap dibersihin cleaner, enggak salah juga," ucapnya.

Baca: Wabup Pidie Buka Muscab IDI, Dua Kandidat Perebutkan Kursi Ketua

"Ketika kita melakukan itu, seenggaknya kita dapat membantu orang yang melakukan pekerjaannya menjadi lebih mudah," imbuhnya.

Dengan banyaknya komentar yang menegaskan seseorang tidak mau melakukan hal sederhana, hal ini menunjukkan orang tersebut tidak bisa membayangkan bagaimana efeknya untuk orang lain bila melakukan sesuatu yang kecil dan sederhana.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved