DBD Renggut Satu Nyawa di Abdya
Seorang pasien demam berdarah dengue (DBD), warga Rubek Meupayong, Kecamatan Susoh, Aceh Barat Daya
Ditambah lagi ada perilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa barang bekas seperti ban atau botol menyimpan tampungan air mereka biarkan menjadi tempat berkembangnya jentik nyamuk.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Aceh, dr Wahyu Zulfansyah MKes memaparkan bahwa dalam seminggu terakhir penderita DBD di Aceh mencapai 32 orang. Jumlah terbanyak berada di Aceh Barat Daya (Abdya) sebanyak 12 kasus, disusul Banda Aceh delapan kasus, kemudian Pidie dan Aceh Barat masing-masing tiga kasus.
Dokter Wahyu juga memaparkan, pada Januari 2019 pengidap DBD di Aceh mencapai 169 kasus dan dua di antarany meninggal, yaitu di Nagan Raya dan Banda Aceh.
Bulan lalu Banda Aceh, Aceh Besar, dan Pidie menjadi kawasan yang paling parah kasus DBD. Rinciannya Banda Aceh 40 kasus, Aceh Besar dan Pidie 14 kasus. Sedangkan di Abdya bulan lalu hanya ada tujuh kasus.
Dokter Iman Murahman mnambahkan, dalam mengatasi DBD tidak cukup dengan dilakukan fogging (pengasapan). Namun, warga harus membiasakan pola hidup sehat dengan rutin membersihkan area rumah dan permukimannya, terutama saat musim penghujan seperti saat ini.
“Sebaiknya, warga melakukan gotong royong dulu, membersihkan lingkungan agar tidak ada genangan air dan membakar sampah, kemudian baru di-fogging. Jika terlalu banyak di-fogging juga tidak baik. Fogging itu kan ada unsur racunnya,” ungkap Iman. (c50/mun)