OPM Akan Tembak Warga Non-Papua yang tak Mau Tinggalkan Nduga, Ini 7 Ultimatum untuk Indonesia
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), akan menembak warga non-Papua yang tidak mau meninggalkan Nduga.
SERAMBINEWS.COM - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), akan menembak warga non-Papua yang tidak mau meninggalkan Kabupaten Nduga.
Hal itu merupakan salah satu ultimatum yang dikeluarkan OPM kepada Pemerintah Indonesia.
OPM mengeluarkan ultimatum kepada warga sipil non-Papua, agar meninggalkan wilayah Kabupaten Nduga, per tanggal 23 Februari 2019.
Ultimatum tersebut disampaikan pentolan TPNPB-OPM, Egianus Kogeya melalui media sosial Facebook TPNPB pada Sabtu (23/2/2019).
Seperti dilansir Serambinews.com dari Tribun Video, setidaknya ada 7 poin ultimatum yang Egianus kepada pihak Indonesia.
Baca: Mirip Sejarah GAM di Aceh, Natalius Pigai Ungkap Awal Mula Berdirinya OPM di Papua
Salah satu ultimatum berisi ancaman tembak kepada warga non-Papua yang masih ada di Nduga.
Karena warga sipil non-Papua dianggap TPNPB sebagai anggota TNI/Polri yang menyamar.
Selain itu, Egianus yang menyebut dirinya Panglima Kodap III Ndugama, menegaskan bahwa TPNPB tidak akan pernah berhenti perang sampai ada pengakuan kemerdekaan Papua dari RI.
Baca: Kerap Berbaur dengan Warga Lokal, Kelompok Bersenjata OPM di Papua Sulit Diidentifikasi
Berikut ini 7 poin ultimatum untuk Indonesia yang dikeluarkan TPNPB-OPM:
1. Perang kami TPNPB kodap III Ndugama tuntut Kemerdekaan Bangsa Papua Barat untuk Penentuan Nasip sendiri
2. Perang kami tidak akan pernah berhenti sampai pengakuan kemerdekaan Papua.
3. Kami minta kepada pemerintah indonesia tuntutan pengakuan kemerdekaan Papua hanya dengan kontak senjata.
4. Kami TPNPB/OPM tidak mintah pembangunan dan bama seluru masyarakat 32 Distrik Kab Nduga minta Merdeka.
5. Seluruh Tanah Ndugama dari ujung sampai ujung manusia Rambut Lurus Warna kulit puti adalah musu utama TPNPB Kodap III Ndugama karena banyak anggota TNI/POLRI pria wanita yang selama ini menyamar ibu Guru suster dan tukang Bangunan bahkan sopir taksi kami akan tembak.
6. Kami harap Pos TNI yang bertugas di Distrik Mbua segera hentikan operasi di perkampungn masyarakat.
7. Sampai dengan pernyataan ini kami keluarkan semua warga sipil non Papua kosongkan dearah Kabupaten Nduga. kalau sampai masih ada kami akan tembak.
Penembakan di Nduga
Seperti diberitakan sebelumnya, peristiwa berdarah terjadi di Nduga, Papua, pada hari Minggu (2/12/2018).
Sebanyak 31 pekerja bangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, tewas diduga diberondong oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Sebanyak 150 anggota keamanan segera diterjunkan ke lokasi untuk mengamankan situasi.
Baca: OPM di Papua Sudah Terbentuk Sejak Zaman Belanda, Kerap Serang Freeport dan Lakukan Pemberontakan
Selain itu, para petugas akan melakukan evakuasi para korban yang diduga tewas dibantai.
Beberapa saat sebelum mendeteksi informasi pembantaian tersebut, aparat TNI-Polri memberlakukan status siaga satu di sejumlah wilayah Papua terkait acara HUT OPM pada tanggal 1 Desember 2018.
Berikut ini sejumlah fakta yang terungkap dalam kasus pembantaian di Papua:
1. Dipicu ambil foto saat KKB gelar HUT OPM
Dari hasil penyelidikan aparat keamanan, pembantaian tersebut terjadi karena salah satu pekerja tepergok memotret upacara peringatan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Anggota KKB tidak terima dan segera mengejar pekerja yang mengambil foto hingga ke lokasi basecamp pekerja.
Anggota KKB dengan senjata lengkap memberondong para pekerja.
Sebanyak 31 pekerja dari perusahaan PT Istaka Karya, tewas.
Baca: Info Papua - Detik-detik Tentara OPM Tembak 25 Orang Setelah Disuruh Baris Lima Saf Sambil Jongkok
Jenazah para korban hingga saat ini belum dapat dievakuasi karena sulitnya medan.
“Ya. Saya terima informasinya seperti itu. Kalau kelompok KKB ada melakukan upacara dan salah satu dari pekerja tak sengaja melihatnya dan mengambil foto. Itu membuat mereka marah hingga kelompok ini pun membunuh para pekerja yang ada di kamp,” kata Kapolres Jayawijaya, AKBP Yan Pieter Reba, Senin (3/12/2018).
2. KKB memburu pekerja untuk dibantai
Kapolres Jayawijaya AKBP Reba, menjelaskan, ada 8 pekerja sempat menyelamatkan diri dengan bersembunyi di rumah anggota DPRD.
Sayangnya, polisi menerima informasi 7 pekerja tersebut telah tewas.
“Informasinya 24 orang dibunuh di kamp. Lalu ada 8 orang yang sebelumnya berhasil menyelamatkan diri ke salah satu rumah keluarga anggota DPRD setempat. Kini informasinya 7 orang di antara mereka juga sudah meninggal dunia dan 1 orang berhasil melarikan diri,” katanya.
Baca: 150 Personel TNI Kejar KKB Pimpinan Egianus Kogoya, Ini Fakta Terbaru Pembunuhan 31 Pekerja di Papua
Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Polda Papua AKBP Suryadi Diaz membenarkan informasi tersebut.
"Sebanyak 31 orang meninggal dunia, 24 orang dibunuh hari pertama, 8 orang yang selamatkan diri di rumah anggota DPRD dijemput, dan dibunuh, 7 orang meninggal dunia. Satu orang belum ditemukan atau melarikan diri,” ujar Suryadi Diaz melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (3/11/2018) malam.
3. Lokasi kejadian terpencil dan tak ada jaringan seluler
Menurut Wakapolres Jayawijaya Kompol A Tampubolon, untuk sampai ke lokasi kejadian dari Wamena ibu kota Kabupaten Jayawijaya perlu perjalanan sekitar delapan jam dengan menggunakan kendaraan.
Setelah itu, perjalaan dilanjutkan dengan berjalan kaki beberapa kilometer.
“Lokasi di sana tidak ada sinyal. Jalan mulai dari kilometer 46 sudah tidak beraspal dan menanjak. Di sana cuaca dingin, sekitar enam derajat celcius. Ini menjadi tantangan buat anggota di lapangan untuk menuju ke sana,” jelasnya.
Baca: Pimpinan KKB Egianus Kogeya Nyatakan Siap Perang, Namun TNI Tak Boleh Pakai Helikopter dan Bom
Tampubolon menegaskan, tugas anggota yang berangkat ke lokasi, yang utama mengecek informasi yang mereka terima dari monitor radio milik warga di sana, tentang adanya 31 orang pekerja pembangunan jembatan tewas dibunuh kelompok KKB.
“Intinya, kalau yang terburuk terjadi. Tugas utama pasukan akan melalukan evakuasi jenazah dari lokasi kejadian ke Wamena. Tapi kita berdoa, hal itu tak terjadi,” pungkasnya.
4. 150 personel dikerahkan untuk memburu KKB
Sebanyak 150 personel aparat gabungan dari TNI dan Polri telah diberangkatkan ke Kali Yigi - Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, Selasa (4/12/2018).
Keberadaan aparat TNI dan Polri di Nduga guna mengecek informasi adanya 31 pekerja PT Istaka Karya, yang mengerjakan pembangunan jembatan di Kali Yigi - Kali Aurak tewas dibunuh anggota KKB.
Wakapolres Jayawijaya Kompol A Tampubolon mengungkapkan, saat ini sekitar 150 personel gabungan Polri dan TNI sudah berangkat ke lokasi untuk mengecek kebenaran informasinya.
5. Jenazah para korban masih belum dievakuasi
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal mengungkapkan, saat ini aparat TNI dan Polri tengah berada di lokasi kejadian untuk mengecek informasi tersebut.
“Kami selalu siap untuk mengevakuasi para korban dan juga menangkap para pelaku,” kata Kamal, Senin (3/12/2018) malam.
Sebagai informasi, sebanyak 31 orang pekerja pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, dikabarkan dibunuh oleh KKB.
Baca: Tukang Ojek Tewas Ditembak KKB di Papua, Korban Sempat Minta Tolong usai Peluru Menembus Lehernya
31 pegawai PT Istaka Karya tersebut sedang bekerja untuk membuka isolasi di wilayah pegunungan tengah itu.
Sampai saat ini jenazahnya belum bisa diambil lantaran lokasinya jauh dari ibu kota Nduga dan Kabupaten Jayawijaya yang terdekat dari wilayah pembangunan jembatan.
6. Pangdam dan Kapolda turun tangan pantau kondisi Nduga
Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring bersama Kapolda Papua Irjen Pol.
Martuani Sormin Siregar akan memimpin langsung penyelidikan kasus pembantaian 31 pekerja bangunan di Nduga.
Baca: Kontak Senjata Kembali Terjadi dengan KKB di Segitiga Hitam Papua, Satu Prajurit TNI Gugur
“Besok saya dengan Kapolda Papua akan menuju pegunungan tengah untuk mengecek kebenaran informasinya. Nanti, kalau informasinya sudah didapat akan kami sampaikan publik,” kata Pangdam Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring.
“Kami tahu di lokasi informasi kejadian ini, tidak ada sinyal sama sekali,” kata.(*)