Pembunuhan Siswa SUPM Ladong Aceh Besar, Cita-cita Rayhan Umrahkan Kedua Orangtua Belum Tercapai

Kondisi korban ditemukan ditutupi dedaunan saat berada di lokasi penemuan. Korban ditemukan tewas sekitar 300 meter dari belakang sekolah.

Editor: Faisal Zamzami
TRIBUN MEDAN/HO
Rayhan Al Sahri semasa hidup. Rayhan, siswa SUPM tewas sekitar 300 meter di dekat area sekolah. 

Sofyan menjelaskan bahwa Aan merupakan sosok anak yang tidak pernah mengeluh. Dia pernah cerita kalau orang Aceh nggak bisa di kawanin. Karena disana sering bergesekan antara siswa asal Aceh dan Medan.

Apalagi saat ditemukan, lanjut Sofyan ditemukan luka disekujur tubuh Aan, yang diderita diluar batas kewajaran. Wajah habis, dahi sebelah kiri legok, batang tulang hidung patah, pelipis pecah, mulut kiri koyak sebesar jari, tangan kiri lebam, kepala belakang luka bekas benturan serta dia meninggal seperti tercekik karena sampai melet lidahnya.

"Kami sekeluarga, hampir tidak mengenalinya. Kok bisa ya sekeji ini manusia hanya karena masalah sepele," urai Sofyan.

Baca: Hujan Es dan Badai Landa Tangse, Terjadi Selama 30 Menit, Angin Kencang Terbangkan Atap Rumah Warga

Baca: Istri Tolak Ajakan Hubungan Badan karena Baru 40 Hari Melahirkan, Suami Marah Bunuh Istri dan Anak

Chatting terakhir korban dengan sang Ibu

Sofyan ayah kandung Rayhan Al Sahri, korban pembunuhan yang diduga dilakukan oleh kakak senior di SUPM.
Sofyan ayah kandung Rayhan Al Sahri, korban pembunuhan yang diduga dilakukan oleh kakak senior di SUPM. (Kolase Tribun Medan)

Selama hidup, ibu korban Reni Rahayu (41) mengaku bahwa anak ke 2 dari 5 bersaudara itu, merupakan sosok anak yang suka bercanda dan sangat rajin membantu keluarga.

"Terakhir ketemu (4/1/2019) lalu pas dia pulang. Dia minta dibawain oleh-oleh untuk anak Medan disana dan untuk guru serta Pak Nizar (orang yang pernah disewa rumahnya semasa seleksi masuk SUPM). Dia minta dibawain roti cokelat, kerupuk jangek, Bika Ambon," kata Reni di rumah duka di Jalan RPH Gang Sastro, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Senin (4/3/2019).

"Anak saya orangnya pendiam kalau disekolah. Wali kelasnya pernah bilang, dia tidak pernah punya masalah dan aneh-aneh. Tapi kalau sama teman-temannya, dia suka bercanda. Kalau nampak yang agak aneh suka tertawa lepas dia," kenang Reni.

Reni menuturkan bahwa sebelum Aan hilang tanpa kabar, ia sempat melakukan chatting terakhir dengan buah hatinya itu melalui Facebook Messenger. Tepatnya pada (27/2/2019) sekitar pukul 17.21 WIB.

"Iya mama nggak tau tentang anak Medan kan. Lagi panas-panasnya nih di semua SUPM. Udah sampek Jakarta. Iya kemarin lah yang tinggal 2 angkatan sama anak kelas 2. Anak Medan kelas 1 nya di pukulin. Iya Aan pun kena tapi Aan diam-diam aja," tulis Aan di Facebook Messenger.

Reni sempat membalas pesan Facebook Messenger Aan itu beberapa menit kemudian. Namun setelah itu tidak ada kabar lagi sama sekali.

"Sekitar pukul 17.26 WIB, saya balas pesannya. Saya tanya ada masalah apa, tapi sudah nggak ada di balasnya pesan," ucap Reni.

Setelah itu, Reni merasa resah dan meriang dalam dua hari terakhir sebelum ditemukannya jenazah Aan.

"Saya dalam 2 hari dari Rabu duduk sana kesini meriang. Badan saya gampang capek dan cuma duduk-duduk lihat TV.

Saya pantau HP nggak ada kabar juga. Bahkan pas Jumat (1/3/2019) pagi, kayak ada yang manggil 'mama' teriak-teriak kayak suara Rayhan," ungkap Reni.

"Saya terus terbangun dan nggak tenang. Pas lihat kawannya, bernama Kiki online saya coba hubungi. Terus dibilangnya Rayhan sudah 2 hari nggak pulang dan masih di cari. Saya bangunkan suami dan minta nomor HP sekolah dan dibilang pihak sekolah masih dicari dan saya kirim chattingan terakhir dia pada pihak sekolah," urai Reni.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved