Terorisme di Selandia Baru
Al Chaidar: Brenton Tarrant Teroris Beraliran Yehova, Sangat Berbahaya dan Sektenya Ada di Indonesia
Di Indonesia aliran ini bebas bergerak dan sangat meresahkan orang-orang Kristen yang ada di Indonesia dan banyak orang-orang Kristen di Indonesia.
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan analisisnya bahwa terorisme ada di semua penganut agama.
"Terorisme selalu memiliki unsur millenarianisme yang kental dan kuat serta ekstrem," ujar Al Chaidar kepada Serambinews.com saat dimintai tanggapannya terkait kasus penembakan biadab yang menewaskan 49 orang dengan menyasar dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) lalu.
Teroris yang melakukan tindakan biadab tersebut adalah Brenton Tarrant, pria kelahiran Australia berusia 29 tahun. Menurut Al Chaidar berdasarkan analisisnya Brenton Tarrant diduga adalah teroris kristen beraliran Jehova.
Hal ini terekam dan dapat dipelajari dari prilaku dan ciri aksi yang dijalankannya maupun manifesto yang ditulisnya.
Baca: Cerita Dosen Unsyiah di Selandia Baru, Suami dan Anaknya Selamat dari Penembakan karena Mobil Rusak
Baca: Brenton Tarrant Beri Kode Tangan di Persidangan, Tidak Menyesal Telah Bunuh 49 Orang di Masjid
Baca: Haji Uma Kecam Penembakan Umat Muslim di Selandia Baru
"Ketika saya menganalisis tentang Brenton Tarrant ini, dari manifesto yang Brenton buat sendiri yang berjudul the Great Replacement itu menunjukkan bahasa yang sangat mirip dengan bahasa yang dikemukakan oleh kalangan saksi Yehova," ujarnya kepada Serambinews.com, Sabtu (16/3/2019).
Al Chaidar menyebutkan unsur terpenting dalam gerakan terorisme adalah millenarianisme ekstrem seperti termuat dalam penelitiannya pada 2015.
Disebutkan saksi Yehuwa adalah denominasi Kristen restorasi milenarian dengan kepercayaan nontrinitarian yang berbeda dari agama Kristen arus utama.
Kelompok ini melaporkan keanggotaan di seluruh dunia sekitar 8,58 juta pengikut yang terlibat dalam penginjilan dan kehadiran peringatan tahunan lebih dari 20 juta orang.
"Saya sudah meneliti tentang milenarianisme ini sudah cukup lama sejak tahun 2000-an dan semua teori-teori yang saya terapkan terhadap semua pelaku-pelaku menunjukkan adanya gejala milenarianisme yang sangat kuat," tegas Al Chaidar.
Selanjutnya, kata Dosen FISIP Unimal Lhokseumawe ini, ia mencoba menelusuri dari ajaran atau pun sekte, apakah aliran atau mazhab seseorang teroris tersebut termasuk juga ketika ia menganalisis tentang Brenton Tarrant.
Menurutnya berdasarkan manifesto (pernyataan sikap) yang ditulis Brenton berjudul the Great Replacement menunjukkan bahasa yang sangat mirip dengan bahasa yang dikemukakan oleh kalangan saksi Yehova atau juga dikenal Yehuwa.
Dia sebutkan aliran saksi Yehova ini sebetulnya sudah ditolak oleh berbagai negara termasuk juga Rumania dan Rusia.
"Sementara di Indonesia aliran ini bebas bergerak dan sangat meresahkan orang-orang Kristen yang ada di Indonesia dan banyak orang-orang Kristen di Indonesia yang kemudian merasa sangat malu dengan adanya gerakan saksi Yehova ini yang menyebarkan agama Kristen dalam misi dan zending mereka di berbagai tempat di jembatan-jembatan penyeberangan di kampus-kampus mereka door to door masuk untuk menyebarkan hal tersebut dan itu belum pernah dilarang oleh pemerintah Indonesia karena aliran ini padahal aliran yang sangat berbahaya," papar Al Chaidar.
Ia juga menjelaskan milenarianisme atau milenarisme adalah suatu keyakinan oleh suatu kelompok atau gerakan keagamaan, sosial, atau politik tentang suatu transformasi besar dalam masyarakat dan setelah itu segala sesuatu akan berubah ke arah yang positif atau kadang-kadang negatif atau tidak jelas
Sebelumnya beredar foto yang diduga senjata laras panjang milik Brenton Tarrant, pembantai puluhan orang di Masjid Selandia Baru.