Terorisme di Selandia Baru

Plok, Kepala Senator yang Sudutkan Muslim dalam Kasus Teror di Masjid Selandia Baru Ditimpuk Telur

Dari rekaman video yang beredar di Facebook dan Twitter, si anak muda tadi ditekuk lehernya sehingga tak mampu bergerak.

Editor: Zaenal

Tidak ada ruang sama sekali di kedua negara kita untuk kebencian dan intoleransi yang telah menyebabkan kekerasan ekstremis, teroris ini, dan kami mengutuknya.

Scott Morrison tak menerima pernyataan Senator Fraser Anning yang menyalahkan Muslim atas tragedi berdarah ini.

"Pernyataan Senator Fraser Anning menyalahkan serangan mematikan oleh teroris ekstremis sayap kanan di Selandia Baru pada imigrasi adalah menjijikkan. Pandangan itu tidak punya tempat di Australia, apalagi di Parlemen Australia," tulis Scott Morrison di Twitter.

Latar Belakang Aksi Keji Brenton Tarrant

Brenton Tarrant membawa kebencian dan motivasi tertentu ketika membabibuta menembaki jemaah salat Jumat di Masjid An Nur, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019).

Merujuk manifesto "The Great Replacement" yang dibuatnya, terungkap bahwa Tarrant sudah merencanakan aksi kejinya sejak lama.

Dilaporkan Independent.ie, teroris asal Grafton Australia itu sudah berencana untuk melakukan penembakan massal selama dua tahun terakhir.

"Aku memulai rencana serangan ini sejak dua tahun terakhir. Kemudian menetapkan lokasi di Christchurch dalam tiga bulan terakhir," katanya.

Dalam manifesto setebal 74 halaman itu, Tarrant memperkenalkan diri sebagai anti-imigran dengan para korban disebutnya sebagai "sekelompok penjajah".

Di manifesto tersebut, dia mengatakan ingin membebaskan tanah milik kaumnya dari "para penjajah", dan terinspirasi dari Anders Breivik.

Dilansir AFP, Breivik merupakan seorang ekstremis sayap kanan yang menyerang kantor pemerintah di Oslo, Norwegia, pada 22 Juli 2011 silam.

Dia meledakkan bom mobil di depan kantor pemerintah, dan melakukan penembakan di kamp musim panas sayap muda Partai Buruh di Pulau Utoya.

Teroris berusia 40 tahun itu mengaku membunuh para korban karena mereka mendukung multikulturalisme.

Tarrant mengutarakan dirinya sebagai pria kulit putih dengan orangtua keturunan Inggris, Skotlandia, dan Irlandia.

"Saya hanyalah pria kulit putih biasa, dari keluarga biasa saja, yang memutuskan untuk berdiri dan memastikan keberlangsungan kaum saya," katanya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved