Terorisme di Selandia Baru
Wafat Di Pelukan Ayah yang Berpura-Pura Mati, Ini Kisah Bocah 3 Tahun yang Ikut Jadi Korban Teroris
Saat peristiwa, Mucad Ibrahim sedang melakukan Shalat Jumat bersama ayahnya dan kakak laki-lakinya, Abdi Ibrahim.
Kejadian berlangsung sekitar pukul 2 siang waktu setempat.
Insiden itu menewaskan 40 orang dan 20 orang lainnya mengalami luka.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengonfirmasi, satu dari empat orang yang ditangkap terkait penembakan masjid Selandia Baru adalah warga negaranya.
ABC News melaporkan Jumat (15/3/2019), warga Australia itu diketahui adalah seorang pria berumur 28 tahun bernama Brenton Tarrant dan berasal dari Grafton.
Brenton Tarrant mengklaim sebagai teroris yang bertanggung jawab atas serangan saat Salat Jumat di Masjid Al Noor Christchurch, dan menewaskan 40 orang.
Sebuah manifesto setebal 37 lembar seperti dikutip AP menyatakan Brenton Tarrant memang sengaja datang dari Australia untuk merencanakan dan melakukan aksinya.
"Menuju masyarakat baru kita maju pantang mundur dan membicarakan krisis imigrasi massal," demikian salah satu petikan manifesto berjudul "The Great Replacement" itu.
Manifesto itu juga menuliskan bahwa serangan itu adalah balasan untuk para penyerang di Tanah Eropa dan mereka yang memperbudak jutaan warga Eropa.
"Kita harus memastikan eksistensi masyarakat kita dan masa depan anak-anak berkulit putih," demikian bunyi dari manifesto tersebut.
Morrison melanjutkan Australia bakal memberikan bantuan penyelidikan bagi otoritas Selandia Baru untuk mengungkap motif penembakan tersebut.(*)
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Kisah Bocah 3 Tahun yang Tewas dalam Penembakan, Wafat Di Pelukan Ayahnya yang Berpura-Pura Mati