Kisah Mohammad Aljaleel, Penyayang Kucing dari Aleppo Suriah
"Dunia tampaknya tak dapat menyelesaikan perang. Itulah mengapa banyak pengungsi di seluruh dunia, khususnya di Timur Tengah."
Ada juga kucing yang diberi nama Sukhoi 25 untuk pesawat Rusia dan juga Presiden Oranye, mengacu ke Trump.
Apa yang dilakukan Alaa di Suriah diketahui pemerintah dan dunia internasional.
Pada 2017, ia dipanggil ke kebun binatang di Aleppo selatan untuk menyelamatkan harimau, singa dan beruang yang terlantar.
Alaa akhirnya berhasil meminta yayasan bernama Four Paws untuk mengangkut binatang yang terlantar ke Belgia, Belanda dan Yordania.
Di rumah yatim piatu yang ia dirikan, terdapat 105 anak, 85 di antaranya yatim piatu. Hanya 11 anak yang menetap karena bangunannya belum selesai. Namun semuanya menerima pendidikan, makanan dan baju, dengan biaya yang harus ditanggung Alaa sekitar Rp400.000 setiap bulan.
Risiko terbesar yang ia hadapi adalah ketidakpastian di kawasan itu. Bentrokan masih terjadi secara berkala dan Aleppo berbatasan dengan provinsi Idlib, yang dikuasai kelompok pemberontak.
Baca: Simpan Sabu di Hardisk Laptop, Pemuda Ini Dicokok Polisi
"Saya menyalahkan semua pihak atas perang ini, siapapun mereka, karena banyaknya korban tewas dari warga sipil," katanya.
"Kami membangun komunitas kami dan peranan saya adalah membangun kembali penampungan saya. Persahabatan antara binatang adalah satu hal yang mulia dan kita harus belajar dengan mereka. Saya akan tetap bersama mereka, apapun yang terjadi."
"Dunia tampaknya tak dapat menyelesaikan perang. Itulah mengapa banyak pengungsi di seluruh dunia, khususnya di Timur Tengah."
"Saya tak mau jadi pengungsi. Saya ingin tinggal di negara saya, Suriah. Saya ingin membantu, apapun yang saya bisa," tutupnya.
Diana Darke, penulis The Last Sanctuary in Aleppo bersama Alaa Aljaleel.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah penyayang kucing dari Aleppo, Suriah