NASA Kecam India Tembak Satelit Pakai Rudal, Serpihannya Ancam Stasiun Luar Angkasa Internasional
Kepingan sampah luar angkasa itu disebut telah meningkatkan risiko bahaya yang dihadapi para astronot di ISS.
SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Aksi India yang menembak sebuah satelit menggunakan rudal telah menghasilkan sampah luar angkasa yang membahayakan misi Satelit Luar Angkasa Internasional (ISS).
Pemimpin Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS atau NASA, Jim Bridenstine, mengatakan, aksi penghancuran satelit oleh India itu telah menghasilkan sekitar 400 keping puing orbital.
Kepingan sampah luar angkasa itu disebut telah meningkatkan risiko bahaya yang dihadapi para astronot di ISS.
Menurut Bridenstine, sebagian puing akibat ledakan satelit yang ditembak rudal India pada Rabu (27/3/2019) lalu telah dapat dilacak oleh NASA.
"Namun tidak semua bagian puing satelit cukup besar untuk dilacak. Apa yang kami lacak sekarang hanya puing yang cukup besar, sekitar 10 sentimeter atau lebih."
"Sekitar 60 kepingan puing satelit itu kini telah dapat dilacak," kata Bridenstine, di hadapan para pegawai NASA, pada Senin (1/4/2019).
Disampaikan Bridenstine, satelit yang dihancurkan rudal India berada pada ketinggian yang relatif lebih dekat dengan bumi dibandingkan ISS maupun sebagian besar satelit yang mengorbit di luar bumi.
"Tapi ada sekitar 24 keping yang ada di atas puncak ISS," kata Bridenstine, dikutip AFP.
"Itu adalah hal yang mengerikan. Adalah hal yang mengerikan menciptakan sebuah peristiwa yang membuat puing-puing hingga melampaui puncak Stasiun Luar Angkasa Internasional," lanjutnya.
"Tindakan semacam ini tidak kompatibel dengan masa depan penerbangan luar angkasa umat manusia." "Hal ini tidak bisa diterima dan NASA harus sangat jelas tentang dampaknya bagi kita," kata Bridenstine.
Dilansir AFP, militer AS telah melacak objek-objek di luar angkasa untuk memprediksi risiko terjadinya tabrakan dengan ISS maupun satelit lainnya yang mengorbit bumi.
Saat ini disebut sudah mencapai 23.000 objek yang lebih besar dari 10 sentimeter di luar angkasa yang telah dilacak.
Jumlah itu termasuk 10.000 puiing yang 3.000 di antaranya tercipta dalam uji anti-satelit China pada 2007 lalu, yang membidik satelit di ketinggian 853 kilometer.
"Sebagai hasil dari tes rudal India, risiko terjadinya tabrakan antara puing dengan ISS telah meningkat hingga 44 persen selama 10 hari," kata Bridenstine.
"Tetapi risiko itu akan berangsur menurun dan banyak puing yang akan hilang terbakar saat memasuki atmosfer bumi," tambahnya.
Aksi India menghancurkan sebuah satelit dengan menggunakan misil menciptakan ratusan keping "sampah angkasa" juga mendapat kecaman dari guru besar undang-undang angkasa luar di Universitas Nebraska-Lincoln, Frans von der Dunk.
Kondisi ini berpotensi menciptakan bahaya yang selama ini dihindari negara-negara yang sudah lama menjelajah angkasa luar.
"Sayangnya, tak ada aturan legal internasional yang melarang penciptaan sampah angkasa semacam ini," kata Frans von der Dunk, guru besar undang-undang angkasa luar di Universitas Nebraska-Lincoln.
Namun, di saat yang sama uji coba itu juga melanggar Perjanjian Angkasa Luar 1967 karena India tidak menginformasikan terlebih dulu rencana uji coba ke negara lain.
"Sebab, uji coba itu bisa saja mengganggu operasi satelit lainnya," tambah Von der Dunk.
"Uji coba semacam ini tidak sesuai tren dan semangat hukum internasional yang selama inin bergerak maju untuk mencapai kewajiban legal internasional mencegah aktivitas yang menciptakan sampah angkasa," tambah dia.
Sejak 2002, negara-negara adidaya dalam urusan angkasa luar sudah mengikuti aturan informal untuk menghindari terbentuknya sampah angkasa.
Dan, PBB pun sudah mendorong sebuah resolusi yang sejalan dengan masalah tersebut.
Amerika Serikat juga mengkritik aksi uji coba senjata anti-satelit yang dilakukan India.
"Kita semua tingga di angkasa. Mari jangan kotori angkasa luar," kata penjabat Menhan AS Patrick Shanahan.
Sebelumnya, PM India Narendra Modi mengatakan, satelit itu berada di ketinggian 300 kilometer saat ditembak.
Ketinggian satelit itu lebih rendah ketimbang posisi Stasiun Angkasa Internasional (ISS) dan puluhuan satelit lainya yang berada di ketinggian 410 kilometer.
Bahaya sampah angkasa itu bukan potensinya jatuh ke Bumi tetapi adanya kemungkinan bertabrakan dengan satelit yang tengah mengorbit.
Sampah angkasa terkecil sekali pun jika bergerak dengan kecepatan tinggi bisa membuat sebuah satelit rusak parah.
Sebagian besar sampah angkasa yang disebabkan uji coba India ini akan tetap berada di orbit selama beberapa pekan sebelum gravitasi Bumi menariknya dan hancur saat memasuki atmosfer.
Sejumlah pakar mengatakan, mereka yakin ketinggian satelit yang terbilang rendah dalam uji coba India ini tidak akan mengganggu satelit lain di sekitarnya.
"Tak banyak obyek yang terbang di ketinggian itu, karena amat renah dan daya tarik Bumi masih amat tinggi," kata Tom Johnson, wakil presiden teknis di Analytical Graphics, Inc.(*)
Baca: Wabup Aceh Timur Minta Parpol dan Simpatisan Jaga Kondusifitas Jelang Pemilu
Baca: Ini Jadwal Sidang Vonis Trio Terdakwa Korupsi DOKA, Irwandi Yusuf, Hendri Yuzal dan T Saiful Bahri
Baca: Lelang 100 Paket Proyek Senilai Rp 130 M, Lembaga Keuangan Diminta Merujuk Perpres 16/2018
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "India Tembak Satelit Pakai Rudal, Serpihannya Ancam Stasiun Luar Angkasa Internasional"