Pekerja PT EMM Tinggalan Beutong
Pihak PT Emas Mineral Murni (PT EMM) sejak Jumat (12/4) pagi telah hengkang dari lokasi eksplorasi emas di Nagan Raya, bahkan sudah membongkar
* Humas: Camp Sudah Dibongkar
SUKA MAKMUE - Pihak PT Emas Mineral Murni (PT EMM) sejak Jumat (12/4) pagi telah hengkang dari lokasi eksplorasi emas di Nagan Raya, bahkan sudah membongkar semua barak di camp perusahaan yang berada di lintas jalan Beutong-Takengon, tepatnya di Beutong Ateuh Banggalang, kabupaten itu.
Pembongkaran tersebut dilakukan atas tuntutan warga yang sejak Kamis (11/4) mengepung camp perusahaan dan menuntut agar pihak perusahaan segera hengkang dari daerah itu dan tak diperkenankan kembali lagi.
Sejak Jumat pagi, para warga terus mengawal proses pembongkaran barak di camp perusahaan hingga sore untuk memastikan agar pihak PT EMM benar-benar memenuhi janjinya meninggalkan daerah itu.
Sebagian warga mengawasi di depan camp yang sedang dibongkar, sebagian lainnya berada di ruas-ruas jalan menunggu selesainya pembongkaran camp tersebut.
Sementara itu, pihak perusahaan mengaku diintimidasi oleh massa yang mengepung barak mereka pada Kamis (11/4) sore sehingga dalam suasana menegangkan harus menuruti apa maunya warga supaya tidak terjadi pergesekan. Selain itu, pihak perusahaan sejak Jumat kemarin ke luar dari Beutong Ateuh, termasuk membongkar baraknya.
“Warga akan terus mengawasi proses pembongkaran camp PT EMM di Beutong Ateuh Banggalang sebagaimana dijanjikan hingga mereka benar-benar meninggalkan lokasi penambangan emas di daerah kami,” jelas Tgk Malikul Azis (Abu Kamil), tokoh agama di Beutong Ateuh Banggalang, anak dari almarhum Tgk Bantaqiah.
Ia tambahkan, aksi warga yang menuntut pihak perusahaan supaya segera meninggalkan Beutong Ateuh berlangsung aman dan tertib, serta tidak ada warga setempat yang melakukan tindakan anarkis. “Pihak perusahaan yang telah membongkar camp tersebut diharapkan tidak kembali lagi ke daerah kami untuk selamanya dengan alasan apa pun,” kata Tgk Malikul.
Sementara itu, Humas PT EMM Nagan Raya, Dwi Yanto mengatakan, pihaknya pada Jumat kemarin telah membongkar camp perusahaan sebagaimana permintaan warga dan semua karyawan yang hanya tersisa sekitar empat orang lagi telah meninggalkan lokasi tersebut, sedangkan camp yang mereka gunakan selama ini dibongkar oleh pihak perusahaan sendiri.
Pihaknya mengaku mendapat intimidasi dari massa yang datang ke camp tersebut dan menuntut pihak perusahaan harus meninggalkan daerah itu, setelah membongkar camp yang mereka tempati saat menambang emas.
Menurut Dwi Yanto, ia terpaksa harus menuruti keinginan warga guna meninggalkan lokasi tambang dan membongkar semua camp yang ada di daerah itu disertai pernyataan dalam sebuah surat tertulis yang ia tanda tangani selaku Humas PT EMM.
“Ada indikasi pemaksaan massa. Kalau saya tidak tanda tangani dikawatirkan akan semakin runyam. Tapi yang penting, kita sudah penuhi permintaan warga, ke luar dari daerah itu dan membongkar semua camp kami,” jelas Dwi Yanto.
Saat ditanya apa langkah berikutnya menyikapi persoalan tersebut, Dwi mengaku tak bisa berkomentar dan menyarankan awak media untuk konfirmasi langsung ke manajemen PT EMM di Jakarta.
Menurutnya, sejak Jumat kemarin tak ada lagi karyawan PT EMM di Beutong Ateuh Banggalang. Semuanya sudah ke luar. Sebelumnya mereka membongkar barak atau camp mereka.
Sejak beberapa bulan terakhir, kata Dwi, PT EMM memang tidak melakukan aktivitas karena masih jeda pascatuntutan Walhi di pengadilan, sehingga karyawan hanya tinggal empat orang lagi. Dari empat orang itu dua di antaranya cuti dan dua lagi berstatus tukang masak dan saat ini sudahtak ada lagi di daerah itu.
Sedangkan pihak manajemen PT EMM Zsazsa yang dikonfirmasi Serambi menolak berkomentar tentang karyawannya yang telah meninggalkan kawasan tambang emas di Beutong Ateuh. “Saya tak punya komentar, terima kasih,” kata Zsazsa singkat melalui WhatsApp (WA) dan pesan SMS kepada Serambi.
Sementara itu, Kapolres Nagan Raya, AKBP Giyarto menyebutkan, aksi massa di Beutong Ateuh Banggalang itu berlangsung kondusif, tertib, dan aman sehingga tidak terjadi tindakan anarkis ayaupun kontak fisik dengan pihak perusahaan.
Puluhan personel Polres dikerahkan ke lokasi barak PT EMM, Kamis (11/4) sore guna mengantisipasi agar tidak terjadi kerusuhan dan tindakan anarkis dari massa yang turun ke lokasi dalam jumlah banyak guna menolak PT EMM.
“Dari tadi malam situasi kondusif, personel dari polres pun telah kembali. Hari ini pihak perusahaan memenuhi permintaan warga untuk membongkar kamp,” terang Kapolres AKBP Giyarto.
Jangan terulang
Mantan wakil gubernur Aceh, Muhammad Nazar SAg mengingatkan Pemerintah Aceh harus berlajar dari kasus PT Arun dan ExxonMobil yang hanya meninggalkan kesedihan dan pelanggaran HAM besar-besaran akibat timbulnya pemberontakan di Aceh. Hal itu menyebabkan masyarakat sekitar tertindas dan miskin serta meninggalkan kesedihan mendalam.
“Jangan sembaranganlah mengeruk kekayaan alam di Aceh seperti yang akan dilakukan di Beutong Ateuh Banggalang karena hal itu bisa memicu terjadinya pemberontakan kembali,” ungkap Muhammad Nazar, mantan aktivis, menanggapi terjadinya gejolak penolakan kehadiran PT EMM di Aceh.
Anggota DPR RI asal Aceh, Muslim Ayub MM juga mengingatkan hal senada. Menurut Muslim, munculnya unjuk rasa yang massif di Aceh untuk menolak beroperasinya PT EMM di provinsi ini menunjukkan sebelum memperoleh izin dari BKPM, perusahaan tersebut tidak didahului dengan kajian-kajian teknis dan sosiologis yang mendalam sehingga kesannya izin yang dimiliki PT EMM terlalu dipaksakan.
Muslim berjanji akan membawa masalah ini dalam dengar pendapat di DPR RI bersama jajaran yang berwenang mengeluarkan kebijakan perolehan mekanisme izin yang dimiliki oleh PT EMM. “Saya juga akan sampaikan masalah ini ke pihak penegak hukum, dalam hal ini ke Polri, agar keberadaan PT EMM di Aceh harus ditinjau kembali keberadaannya. “Hukum harus ditegakkan tanpa pilih kasih agar penegakan hukum di Indonesia dapat berjalan dengan baik,” kata sarjana hukum yang juga magister manajemen ini. (c45/dik)