Moeldoko: Rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo Tinggal Tunggu Waktu
Moeldoko, menyatakan, rekonsiliasi antara capres Joko Widodo dan capres penantang Prabowo Subianto tinggal menunggu waktu.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA — Ketua Harian Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Moeldoko, menyatakan, rekonsiliasi antara capres Joko Widodo dan capres penantang Prabowo Subianto tinggal menunggu waktu.
Ia optimistis rekonsiliasi di antara kedua capres dan para pendukungnya bisa terealisasi di waktu yang tepat.
"Itu nanti akan ada momentumnya. Kita tunggu saja," ujar Moeldoko saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Kepala Kantor Staf Presiden itu menambahkan, seusai pilpres kedua pihak pastinya akan segera bersatu kembali.
Karena itu, ia meminta masyarakat tak perlu khawatir akan adanya perpecahan yang berkelanjutan.
"Sekali lagi akan ada momentumnya, nanti pasti ketemu keseimbangannya. Keseimbangan, baru akan ketemu. Itu momentumnya nanti," lanjut dia.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu dengan para tokoh dan pimpinan ormas Islam untuk membahas kondisi masyarakat seusai Pemilu 2019 yang masih terbelah dan terpolarisasi.
Kalla dan para tokoh Islam tersebut merumuskan langkah-langkah yang harus diambil para elite politik untuk meredam konflik.
Salah satunya ialah pertemuan kedua capres di Pilpres 2019, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
"Tentu diharapkan makin cepat makin baik apabila Pak Jokowi dapat bertemu dengan Pak Prabowo. Tentu itu kita semua mendukung apabila ada rekonsiliasi seperti itu sehingga rekonsiliasi di bawah juga bisa cepat dicapai," ujar Kalla seusai bertemu dengan para tokoh tersebut di rumah dinasnya, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Presiden Joko Widodo mengaku ingin bertemu Prabowo dan sudah mengutus Menteri Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan untuk merealisasikan pertemuan tersebut.
Luhut pun mengakui, ia diutus oleh Presiden Joko Widodo untuk bertemu calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Ia sudah berkomunikasi dengan mantan Danjen Kopassus itu melalui sambungan telepon.
"Ya memang saya sudah telepon Pak Prabowo, bicara per telepon, ya kami kan teman," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Dalam pembicaraan via telepon itu, Luhut mengajak Prabowo untuk bertemu empat mata untuk berbicara seputar hasil Pilpres 2019.
Menurut Luhut, Prabowo menyambut baik ajakan untuk bertemu itu.
"Baik sekali, ketawa-ketawa. Kami janjian mau makan, detailnya saya tanya, kita makan apa? Saya mau makanan Jepang. Kami janjian," kata Luhut yang sudah berteman dengan Prabowo sejak berdinas di TNI.
Sementara Calon wakil presiden Sandiaga Uno mendukung pertemuan antara kedua calon presiden, yakni capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Usul tersebut dicetuskan Wakil Presiden Jusuf Kalla usai bertemu dengan para tokoh dan pimpinan ormas Islam di rumah dinasnya, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Namun demikian, menurut Sandiaga, pertemuan tersebut akan lebih baik jika dilakukan tanpa perantara.
"Saya yakin di tingkat pimpinan Pak Prabowo dan Pak Jokowi itu alhamdulillah, kalau bisa dilaksanakan akan sangat baik dan tanpa perantara menurut saya, karena Pak Prabowo dan Pak Jokowi adalah dua capresnya," kata Sandiaga saat ditemui di Masjid Jami' At-Taqwa Sriwijaya, Jakarta Selatan, Selasa (23/4/2019).
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini menilai pertemuan melalui perantara tidak efektif untuk mendinginkan suasana.
Ia berpandangan masyarakat telah menunggu-nunggu pertemuan antara dua capres yang bersaing sengit selama tujuh bulan.
Pertemuan itu, kata Sandi, akan memberikan sinyal positif terhadap persatuan bangsa.
"Jadi kalau masih dalam tahapan melalui penjajakan, melalui perantara menurut saya sangat tidak efektif, masyarakat menunggu tentunya yang paling tertinggi Pak Jokowinya sendiri dan Pak Prabowonya," ungkapnya.
"Ini merupakan langkah yang sangat baik buat bangsa kita dan juga untuk mengingatkan bahwa proses ini belum selesai, bahwa masih ada tahapan-tahapan C1," sambung dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nasir mengusulkan pertemuan yang digagas tak hanya antara kedua capres yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Ia mengusulkan pertemuan juga melibatkan kedua tim sukses mereka sehingga lebih menciptakan suasana pesatuan.
"Jadi kami malah tadi bersepakat pada pertemuan-pertemuan lain dari berbagai pihak termasuk selain Pak Jokowi dan Pak Prabowo, juga antar tim sukses. Karena kan tim sukses ini juga kan institusi terdekat," ujar Haedar usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di rumah dinas Wakil Presiden, Menteng, Jakarta, Senin (22/4/2019).
"Jadi bagaimana ada pertemuan antar tim sukses, antar parpol, antar tokoh-tokoh masyarakat. Di luar ormas-ormas keagamaan ini, agar bersama-sama menciptakan situasi yang semakin kondusif karena kan bangsa ini milik bersama," lanjut dia.
Haedar menambahkan, saat bertemu Kalla bersama pimpinan ormas Islam lainnya, mereka mengusulkan agar masing-masing pimpinan ormas turut meredam gejolak sehingga emosi masyarakat bisa diredam.
Ia juga mengingatkan agar semua permasalahan terkait pemilu diserahkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Jika ditemukan kecurangan, Haedar meminta kedua kubu menyerahkannya ke proses hukum melalui Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi (MK).
"Jadi kami percaya bahwa mayoritas masyarakat dan para tokoh di negeri ini ingin pemilu ini berakhir dengan baik sukses dan satu-satunya jalan semuanya saya yakin semua berpaham ke situ," ujar Haedar.
"Ketika ada sengketa, kecurangan dan berbagai hal yang dipesilihkan itu, jalurnya konstitusi lewat Bawaslu dan MK," lanjut dia.
Baca: KIP Gayo Lues Distribusi Logistik untuk Pemungutan Suara Ulang (PSU) di TPS Cinta Maju
Baca: Bawaslu Maluku Tenggara Pastikan Ada 15 Kotak Suara yang Dibakar Caleg PDIP
Baca: Terjadi Pembakaran Surat Suara dan Kotak Suara di Puncak Jaya Papua, Terungkap Sebabnya
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Moeldoko Sebut Rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo Tinggal Tunggu Waktu")