Jurnalisme Warga
Pulau Banyak, Keinginan yang Tertunda
JIKA berkunjung ke Kabupaten Aceh Singkil, sungguh tidak lengkap rasanya jika belum sampai ke Pulau Banyak

Selaku verifikator kami menggali informasi sebanyak mungkin dari calon penerima bantuan untuk menjadi pertimbangan tim nantinya. Jika nantinya dianggap layak dan bisa membantu meningkatkan ekonomi masyarakat maka akan dihubungi ulang oleh Baitul Mal Aceh.
SeuUsai verifikasi, kami mencari penginapan untuk bermalam sebelum ke Pulau Banyak, namun semua penginapan yang kami datangi dipenuhi pengunjung. Kami baru tahu apa sebabnya ternyata hari itu Kabupten Aceh Singkil sedang merayakan hari ulang tahun (HUT) yang ke-20, otomatis banyak tamu yang diundang ke sana.
Kegiatan HUT Aceh Singkil dipusatkan di Lapangan Meriam Sipoli, Gunung Meriah. Kami diajak oleh Kepala BMK Aceh Tamiang menyempatkan diri untuk melihat-lihat aktivitas di sana. Apalagi BMK Aceh Singkil juga mendirikan stan pameran. Dalam rangka HUT ke-20 tersebut Pemerintah Kabupaten Aceh singkil menggelar beraneka kegiatan, di antaranya pameran pembangunan, tablig akbar, lomba antardinas, dan beberapa kegiatan lainnya.
Gagal ke Pulau Banyak
Karena di Rimo tak satu pun penginapan yang kosong, kami langsung menuju pusat pemerintah Kabupaten Aceh Singkil yang menghabiskan waktu sekitar 1 jam lebih dari Rimo. Dalam perjalanan tiba-tiba hujan lebat dan kami mendapatkabar bahwa cuaca di Pulau Banyak sedang tidak bagus. Laut bergolak, ombak besar.
Rupanya sudah beberapa hari sebelum kami datang terjadi angin badai di sana. Berita tentang cuaca ekstrem tersebut juga dimuat di Harian Serambi Indonesia edisi Kamis, 25 April 2019 dengan judul “Badai Landa Laut Singkil”. Akibat cuaca tersebut para nelayan memilih tidak melaut. Pemilik speedboat pun enggan bertolak ke Pulau Banyak dalam kondisi cuaca tak bersahabat karena bisa fatal akibatnya.
Menurut Asmardin yang semula akan mendapingi kami, dengan kondisi cuaca seperti itu sebenarnya kapal feri menuju Pulau Balai tetap jalan, sedangkan tujuan kami ke Pulau Haloban, pulau yang terpisah dari Pulau Balai, otomatis harus naik speedboat lagi dari Pulau Balai. Hal itu sama dengan mengundang risiko.
Keinginan ke Pulau Banyak akhirnya kandas karena cuaca. Jika pun kami memaksakan diri menyeberang ke Pulau Balai dan menyambung dengan speedboat dari sana ke Pulau Haloban maka akan memakan waktu lebih lama lagi, terpaksa harus menginap sekitar dua malam di pulau-pulau itu.
Kegagalan menuju Pulau Banyak ini merupakan yang kedua kalinya saya alami setelah sebelumnya sempat gagal juga. Semoga rencana yang ketiga nanti saya bisa ke sana seusai Lebaran Idulfitri walaupun bukan kegiatan kantor, tetapi untuk liburan bersama teman-teman pegiat literasi yang bergabung di Forum Aceh Menulis (FAMe). Semoga bisa sampai ke Pulau Banyak nan eksotik.