Luar Negeri
Abaikan Seruan PBB, Mantan Jenderal Era Muammar Gaddafi Perintahkan Pasukan Serang Tripoli
Haftar merupakan seorang mantan jenderal di bawah era Muammar Gaddafi dulu
Abaikan Seruan PBB, Mantan Jenderal Era Muammar Gaddafi Perintahkan Pasukan Serang Tripoli
SERAMBINEWS.COM - Komandan Tentara Nasional Libya ( LNA), Jenderal Khalifa Haftar menyerukan kepada pasukannya untuk meningkatkan serangan ke Tripoli selama bulan Ramadhan.
Haftar merupakan seorang mantan jenderal di bawah era Muammar Gaddafi dulu.
Haftar menyatakan, bulan suci Ramadhan adalah bulan perang suci dan bukan alasan untuk mengendurkan serangan, apalagi melakukan gencatan senjata.
Baca: Pertempuran di Libya Sudah Tewaskan 21 Orang, AS Desak Pasukan Haftar Hentikan Serangan
Komentar Haftar itu muncul hanya beberapa jam setelah PBB menyerukan agar dilakukan gencatan senjata kemanusiaan selama sepekan pada awal bulan Ramadhan.
Seruan ini setelah selama satu bulan pertempuran memperebutkan wilayah ibu kota terjadi di Libya, dan menyebabkan 50.000 penduduk kehilangan tempat tinggal.
Pasukan LNA yang dipimpin Haftar belum mampu menembus pertahanan selatan Tripoli yang kini dikuasai oleh pemerintah yang diakui internasional GNA (Pemerintah Perjanjian Nasional).
Baca: Sejarah Bakal Terulang di Suriah, Rusia Ingatkan Dosa Amerika di Yugoslavia, Irak, dan Libya
Melalui rekaman video yang dirilis juru bicara pasukannya, Jenderal Haftar mengatakan bahwa bulan suci Ramadhan tidak menjadi alasan untuk menghentikan pertempuran selama dia merebut kota-kota timur Benghazi dan Derna, saat dia memperluas kekuasaannya dan Libya jatuh dalam kekacauan usai digulingkannya Muammar Gaddafi pada 2011.
"Kepada para perwira dan prajurit di angkatan bersenjata maupun pasukan tambahan kami, saya menyampaikan penghormatan kepada Anda di hari-hari yang mulia ini."
"Dan mendesak Anda dengan kekuatan dan tekad Anda untuk mengajarkan kepada musuh pelajaran yang lebih besar dari sebelumnya, lebih besar dari yang selalu kami ketahui Anda lakukan selama ini, sampai kita dapat menghapuskan mereka dari tanah yang kita cintai," kata Haftar kepada pasukannya.
Baca: FOTO-FOTO : Ikan Bakar Menu Berbuka Puasa
Sebelumnya, Misi PBB di Libya (UNSMIL) dalam sebuah pernyataan telah meminta agar dilakukannya gencatan senjata kemanusiaan yang dimulai pada Senin (6/5/2019) pagi pada pukul 04.00 yang bertepatan dengan awal Ramadhan tahun ini.
"UNSMIL menyerukan kepada semua pihak yang bertikai untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan dan untuk memastikan kebebasan bergerak bagi warga sipil selama gencatan senjata ini," kata UNSMIL dalam pernyataannya, seperti dikutip Middle East Monitor.
Seperti diketahui, jelang memasuki bulan Ramadhan, tembakan artileri masih dapat terdengar pada Minggu (5/5/2019) dari kawasan di pinggiran ibu kota, di mana LNA berupaya menembus pertahanan pasukan GNA di Tripoli.
Baca: Senggol Polisi Hingga Jatuh, Lalu Rampas Ponsel dan Uang, Begini Nasib Perampok
Pasukan LNA yang dipimpin Haftar, seorang mantan jenderal di bawah Gaddafi, telah merebut kawasan selatan negara yang berpenduduk sedikit namun kaya akan minyak pada awal tahun ini.
Pasukan tersebut lantas memulai serangan ke Tripoli pada awal bulan lalu.
Konflik yang kembali terjadi di Libya itu telah mengancam mengganggu pasokan minyak, meningkatkan arus migrasi melintasi Mediterania menuju Eropa, dan mengacaukan rencana PBB untuk mengakhiri perselisihan antara pemerintahan timur dan barat Libya.
Baca: Di Kemukiman Blang Blahdeh Bireuen, Hari Ini Masih Buka Warung Kopi
Ratusan Triliunan Rupiah Untuk Danai Pasukannya
Jenderal Libya, Khalifa Haftar disebut telah berutang hingga 25 miliar dolar AS atau lebih dari Ro 354 triliun, untuk mendanai pasukannya.
Sejumlah besar utang tersebut diperoleh Haftar dalam bentuk obligasi tak resmi, serta uang tunai dan deposito yang dicetak Rusia dari bank-bank timur.
Demikian menurut Reuters dikutip Middle East Monitor.
Baca: Melalui Rukyatul Hilal Awal Ramadhan, Kemenag Ajarkan Ilmu Falak Kepada Masyarakat
Haftar telah membangun pasukan Tentara Nasional Libya ( LNA) dengan bantuan Uni Emirat Arab dan Mesir, yang memasok peralatan berat militer, seperti helikopter.
Dukungan juga disebut datang dari Arab Saudi, Rusia, dan Perancis, meski diketahui PBB lebih mengakui Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli sebagai otoritas sah negara itu.
Sementara pasukan bentukan Jenderal Haftar membangun sistem perbankan paralel yang berkantor pusat di ibu kota timur Benghazi.
Baca: Misi Terakhir Penyamaran Kapten Hirath Al Sudani, Intel Ternama Irak yang Menyusup ke Basis ISIS
Namun sumber perbankan dan diplomat mengisyaratkan sumber bantuan tersebut akan ditutup, menyusul bank sentral di Tripoli yang mengambil langkah pembatasan terhadap operasional bank-bank di timur Libya.
Bank-bank tersebut telah berjuang dalam beberapa bulan terakhir untuk memenuhi persyaratan setoran minimum, yang jika tidak dipenuhi maka dapat menjadi alasan bagi bank sentral Tripoli untuk memutus aksesnya terhadap mata uang keras.
"Terjadi krisis perbankan yang membayangi dan mengancam dapat merusak kemampuan otoritas timur untuk mendanai diri merekam," kata Claudia Gazzini, analis senior Libya di International Crisis Group (ICG).
Baca: Kisah Pria Ini Lari dari Penjara Seperti Dalam Film, Lewati Sniper, Hutan Penuh Beruang dan Serigala
"Krisis itu bahkan sudah dimulai sejak sebelum pertempuran terjadi antara LNA dengan GNA," tambahnya.
Setidaknya 264 orang dilaporkan tewas selama pertempuran, sementara lebih dari 1.288 lainnya mengalami luka-luka.
Peningkatan kekerasan yang terjadi telah memicu kecaman komunitas internasional, yang memperingatkan konflik lebih lanjut berpeluang membawa negara itu kembali ke perang saudara.
Puluhan ribu orang telah mengungsi saat pasukan Haftar bergerak ke pinggiran kota di sekitar ibu kota.
Baca: Diburu di Afghan Hingga Pakistan,Ternyata Pendiri Taliban Tinggal Dekat Pangkalan Militer Amerika
Tidak ada data resmi yang dirilis ke publik mengenai biaya serangan yang dihabiskan Haftar.
Namun sebuah sumber menyebut ada lebih dari 1.000 tentara yang dikerahkan ke barat negara ditambah staf pendukung, termasuk pengemudi dan petugas medis.
Haftar disebut telah menggunakan pedagang untuk mengimpor kendaraan dan peralatan militer lainnya, menggunakan mata uang keras yang diperoleh dari bank sentral Tripoli dan dibayarkan oleh bank-bank komersial timur yang menerbitkan surat kredit.(*)
Baca: Setan Dibelenggu Saat Ramadan, Kenapa Maksiat Masih Terjadi? Ulama Ini Singgung Cara Kerja Toke Sabu
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Khalifa Haftar Serukan Pasukannya Tingkatkan Serangan ke Tripoli Selama Ramadhan dan Demi Danai Pasukannya, Jenderal Khalifa Haftar Berutang Rp 354 Triliun