Reformasi 21 Mei 1998: Saat 14 Menteri Menolak 'Trik Menyelamatkan' Soeharto
Rencana Soeharto untuk membuat Kabinet Reformasi pun pupus. Dia merasa tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh.
Sebab, sebelumnya Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Abdul Latief telah mengirimkan surat permintaan pengunduran diri dari Kabinet Pembangunan VII.
Surat itu sendiri belum dijawab Soeharto hingga detik-detik akhir dia menjabat presiden.
Habibie dikabarkan mundur
Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie memiliki kisah sendiri mengenai penolakan 14 menteri itu.
Kisah itu ditulisnya dalam buku Detik-detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006).
Baca: Kabar Aksi Demo 22 Mei, Para Jenderal Akan Turun ke Jalan, Pesan Prabowo & Luhut Soal Peluru
Pada sore itu, dia mendapat laporan mengenai rencana penolakan 14 menteri untuk masuk Kabinet Reformasi dari Ginandjar Kartasasmita.
Respons Habibie saat itu, "Apakah Anda sudah bicarakan dengan Bapak Presiden?"
Ketika itu Ginandjar mengaku belum membicarakannya dengan Soeharto.
Namun, mereka sudah melaporkannya secara tertulis dan menyerahkannya kepada Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, anak sulung Soeharto yang juga menjabat Menteri Sosial.
Kepada Habibie, Ginandjar mengatakan bahwa 14 menteri ini hanya tidak mau bergabung Komite Reformasi atau Kabinet Reformasi hasil reshuffle.
Namun, mereka masih melaksanakan tugas sebagai menteri hingga Kabinet Pembangunan VII dibubarkan.
Baca: Alasan KPU Percepat Penetapan Pemenang Pilpres 2019
Setelah mendengar laporan Ginandjar, sebuah kabar mengejutkan kemudian didengar Habibie.
Sekitar pukul 17.45 WIB, dia mendapat telepon dari Menkeu Fuad Bawazier.
Fuad yang tidak ikut menandatangani "Deklarasi Bappenas" itu mengonfirmasi kabar mengejutkan yang dia dapat: Habibie berniat mundur sebagai wapres.
Mendapat pertanyaan itu, Habibie langsung menjawab.
Baca: Kantor BPPA Himpun Data Warga dan Usahawan Aceh di Jakarta