Kisah Pengungsi Rohingya Ditipu Penyelundup, Bayar Rp 7,5 Juta Malah Terdampar di Pulau Terpencil

Selama tiga hari dan dua malam, mereka percaya berada di kapal menuju Malaysia, di mana mereka akan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan baru.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
AFP/Googlemaps
Ilustrasi pengungsi Rohingya dan peta jarak dari Cox,s Bazar ke Saint Martins Island. 

Untuk pelayaran normal (20 km per jam), dari Cox’s Bazar ke Pulau Narikel Jinjira ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam.

Sementara jarak dari Cox's Bazar ke Malaysia, dengan perjalanan laut sekitar 2000 kilometer.

Dilansir dari Wikipedia.org, Pulau St. Martin yang luasnya hanya 8 kilometer persegi dulunya milik Myanmar (Burma).

Setelah India dan Myanmar (Burma) merdeka dari Inggris, pulau itu dianeksasi ke India.

Pemukiman pertama dimulai 250 tahun dan oleh pelaut Arab menamakannya sebagai pulau 'Jazeera'.

Selama pendudukan Inggris, pulau itu dinamai St. Martin Island, merujuk kepada nama Wakil Komisaris Chittagong yang saat itu bernama Mr. Martin.

Masyarakat lokal menyebut pulau ini sebagai Narikel jinjira, yang berarti 'Pulau Kelapa' di Bengali, dan "Daruchini Dwip" yang berarti "pulau Kayu Manis" di Bengali.

Ini adalah satu-satunya pulau karang di Bangladesh.

Baca: Badan-badan PBB Tanda Tangani MoU dengan Myanmar untuk Pengembalian Rohingya

Beratnya Hidup Pengungsi Rohingya

Kisah ini menggambarkan kesulitan besar dan kesulitan keuangan yang dihadapi Rohingya karena banyak yang berusaha melarikan diri dari kamp-kamp pengungsi kumuh sementara di Bangladesh.

“Saya tidak punya masa depan di Bangladesh. Di sini saya hidup seperti tahanan yang bergantung pada belas kasihan orang lain. Saya tidak punya pekerjaan, tidak ada properti di sini. Saya ingin hidup sebagai manusia di Malaysia. Tapi saya telah ditipu,” kata Amin kepada Anadolu Agency.

Rohingya, yang digambarkan oleh AS sebagai orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat akan serangan sejak belasan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.

Amnesty International mengatakan lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017. Jumlah orang yang dianiaya di Bangladesh lebih dari 1,1 juta.

Baca: Terkait Muslim Rohingya, Gubernur Aceh Surati Dubes Myanmar, Apa Isinya?

Hampir 24.000 Muslim Rohingya telah terbunuh oleh pasukan negara Myanmar sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 34.000 telah dilemparkan ke dalam api, sementara utara dari 114.000 dipukuli.

18.000 perempuan dan gadis Rohingya lainnya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved