Ketua Parlemen Georgia Mengundurkan Diri, Didemo karena Kunjungan Anggota Parlemen Komunis Rusia
Ketua Parlemen Georgia, Irakli Kobakhidze telah mengundurkan diri sehari setelah kerusuhan menyusul protes keras di ibukota Tbilisi.
Protes diperkirakan akan berlanjut ketika para demonstran kemudian mulai berkumpul di daerah itu lagi.
Tbilisi berperang lima hari dengan Rusia pada 2008 di wilayah Ossetia Selatan dan Abkhazia di Georgia yang memisahkan diri.
Georgia kehilangan kendali atas kedua wilayah, dan Rusia kemudian mengakui mereka sebagai negara merdeka.
Baca: Mengaku Takut Dibunuh dan Kabur ke Georgia, Dua Gadis Arab Saudi Kini Dapat Paspor dan Rumah Baru
Baca: Makhluk Apa Ini? Para Ahli Saja Bingung, Ditemukan di Pantai Georgia Amerika Serikat
Baca: Guru di Georgia Ubah Pesawat Jadi TK
Akibat Provokasi Rusia
Sementara itu, Presiden ke-4 Georgia, Giorgi Margvelashvili mengatakan, peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kerusuhan itu merupakan akibat dari provokasi yang ditanamkan Rusia.
Dikutip dari georgiatoday.ge, Giorgi Margvelashvili berbicara kepada Pemerintah dan meminta mereka untuk menghindari kekerasan, membuat pengumuman di Peringatan 9 April - salah satu tanggal paling penting dalam sejarah Georgia.
Margvelashvili berpidato pada polisi untuk tidak pernah lagi melakukan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa yang didominasi para pemuda.
“Rusia tidak akan pernah membiarkan kita menerima dan menerima kenyataan mereka. Bendera Rusia tidak akan pernah menggantikan bendera Georgia di atas gedung (parlemen) ini. Saya ingin berbicara dengan mantan anggota partai saya - hindari kekerasan. Jangan mencari jejak patriot muda Georgia di jalan. Hindari menggunakan senjata yang menyebabkan rawat inap dan cedera ratusan," kata Margvelashvili.(*)