Perang Suku di Papua Nugini, Wanita Hamil dan Anak Kecil Dimutilasi Hingga Tak Berwujud
Beredar foto terkait para korban dari pembataian masal yang terjadi gara-gara perang suku di Papua Nugini.
Petugas kepolisian bahkan menyampaikan kalau ini merupakan serangan diam-diam dan para 'musuh' tak pernah terlihat bergerilya.
Perdana Menteri Papua Nugini mengatakan kalau insiden ini menjadi hari terburuk di hidupnya.
"Banyak anak dan ibu tak bersalah terbunuh di Munima dan Karida," tulis Marape di Facebooknya.
Perang antar suku memang lumrah terjadi di Papua Nugini.
Para penduduk biasanya akan membalaskan dendam saudaranya.
Menurut sang Perdana Menteri, para penyerang nantinya jika tertangkap sangat mungkin untuk dihukum mati. (Angriawan Cahyo Pawenang)
Baca: Soal Kasus Video Bau Ikan Asin, Galih Ginanjar Resmi jadi Tersangka, Susul Rey Utami dan Pablo Benua
Wanita dan Anak-anak Jadi Korban Pembantaian Etnis di Papua Nugini

Paling sedikit enam belas wanita dan anak-anak tewas dalam pembantaian etnis di Papua Nugini (PNG) negara yang berbatasan dengan Provinsi Papua.
Gubernur Provinsi Hela Philip Undialu mengatakan pembunuhan terjadi Senin (9/7/2019) di Desa Karida di daratan tinggi negara tersebut yang dikenal dengan nama Highlands.
Dia mengatakan motif pembunuhan masih belum diketahui, namun dia memperkirakan ini adalah tindakan balas dendam atas insiden yang terjadi sebelumnya.
Setidaknya 24 orang dilaporkan tewas, termasuk dua wanita hamil dan janin yang belum lahir, akibat insiden penyerangan yang terjadi di kawasan dataran tinggi tanpa hukum di Papua Nugini.
Pejabat lokal mengatakan, sedikitnya 24 orang telah tewas di Provinsi Hela, sebuah wilayah terjal di barat negara itu, dalam serangan kekerasan selama tiga hari antara suku-suku yang berseteru.
Baca: 13 Gedung Pencakar Langit Paling Menakjubkan & Memukau Dunia, Tak Cuma Tinggi Tapi Juga Unik
Suku-suku di dataran tinggi telah bersaing satu sama lain di Papua Nugini selama berabad-abad, tetapi masuknya senjata otomatis telah membuat konflik semakin mematikan dan meningkatkan siklus kekerasan.
"Sebanyak 24 orang telah dipastikan tewas, terbunuh dalam tiga hari, tetapi hari ini bisa lebih dari itu. Kami masih menunggu keterangan pejabat kami di lapangan," kata pejabat provinsi Hela, William Bando, kepada AFP, Rabu (10/7/2019).
Bando menyerukan agar setidaknya 100 personel polisi dikerahkan untuk memperkuat sekitar 40 petugas setempat.
