Jurnalisme Warga

Bahasa Singkil yang Mulai Kehilangan Makna

Subulussalam dan Singkil adalah dua daerah yang memiliki banyak persamaan dari segi bahasa adat dan budaya

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Bahasa Singkil yang Mulai Kehilangan Makna
IST
MURIZUL QADHI, Anggota Yayasan Pemerhati Kebudayaan Suku Singkil (Yapkessi) dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe), melaporkan dari Singkil

Saya merasa masih rendah pemahaman masyarakat tentang arti sebuah identitas terkait bahasa Kampong atau suku Kampong. Bahasa dan suku ini tidak terdaftar bila kita cari di Wikipedia. Yang ada justru bahasa Singkil dan suku Singkil. Penamaan tersebut tentunya sudah melalui pengkajian sejarah oleh tokoh dan para akademisi bahasa (linguis).

Namun, banyak generasi muda kita yang gagal paham mengenai hal ini. Ada beberapa faktor yang, menurut saya, penyebab hilangnya makna tentang Singkil ini. Yakni, karena hilangnya rasa kepercayaan diri tentang suku Singkil, lemahnya isme masyarakat terhadap adat budaya, dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah maupun pegiat budaya suku Singkil. Terakhir, belum terealisasikannya wacana Pemko Subulussalam terkait muatan lokal bahasa Singkil di sekolah.

Memang kebanyakan yang kurang memahami makna Singkil ini ialah generasi muda, sedangkan para tetua yang berumur lanjut paham betul tentang identitas suku Singkil itu. Di Aceh Tenggara terdapat 18.000 orang yang berasal dari suku Singkil. Meski berada di tengah-tengah masyarakat suku Alas, Gayo, dan Karo, mereka begitu bangganya menggunakan bahasa Singkil. Oleh karena itu, mari kita belajar kembali tentang sejarah dan identitas bangsa kita, karena budaya adalah modal dan aset dalam pemajuan bangsa.

Tulisan ini mungkin banyak kekurangan ataupun ada yang tak sesuai, maka saya memohon saran untuk meluruskannya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Indahnya Islam 

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved