Feature

Menelusuri Jejak Aceh di Sibolga, Tempat Para Tekong dan Pengelola Pelabuhan Menggerakkan Ekonomi

Sebelum adanya Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Sibolga adalah pusat bongkar muat untuk wilayah Sumatera, dan Pangkalan TNI Angkatan Laut.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Abdul Karim dan Ismail Rasyid (nomor satu dan dua dari kanan) bersama beberapa tokoh di Sibolga. 

Berbatasan dengan Aceh Singkil, Nias dan Sumatera Barat.

Syahlul menjelaskan, Sibolga artinya besar.

Bekas karesidenan Tapanuli.

Awalnya Sibolga bernama Sibalga dan Sibaga.

"Artinya besar. Lambat laut berubah jadi Sibolga," kata Syahlul.

Dulu Sibolga adalah pelabuhan ekspor ke Eropa.

"Itu semasih pelabuhan lama. Pada masa Belanda," kata Syahlul.

Sibolga disebut kota "berbilang kaum perekat umat beragama.

Lantaran kota itu dihuni oleh banyak suku dan agama. Berjalan harmoni. Di era masa silam, Sibolga juga terkenal dengan pelabuhan Barus, setelah pemekaran Barus masuk dalam Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng).

"Di Barus ada jejak masuknya Islam di Nusantara. Sebuah kota tua," kata Syahlul.

Sampai kini banyak peziarah datang ke Barus.

Penyair Sufi Hamzah Fansyuri menyebut Barus dalam syairnya yang terkenal "Syair Perahu.

"Barus makin dikenal karena di sanalah diekspor kapur barus, berasal dari getah kayu kamper yang berasal dari Singkil. Kan masa itu Barus adalah pelabuhan besar dan maju," kata Syahlul.

Jarak Barus -Singkil tidak terlalu jauh, sekitar 3-4 jam perjalanan darat.

Barus -Singkil adalah jejak lain dari masa silam Aceh.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved