Berita Aceh Tamiang
Cetak 290 Hektare Sawah, Pemkab Aceh Tamiang Gandeng TNI, Bupati: Saat Ini Sawit Tak Bisa Diandalkan
Dandim berharap masyarakat mendukung program ini karena memiliki keuntungan yang sangat besar
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Pemkab Aceh Tamiang menggandeng Kodim 0117/Aceh Tamiang untuk merealisasikan 290 hektare sawah baru.
Sejauh ini program cetak sawah ini mulai dikerjakan dan ditargetkan segera terealisasi dalam waktu dekat.
Untuk memastikan program ini selesai sesuai target, tim yang dipimpin Dandim 0117/Atam Letkol Deki Rayusyah Putra meninjau langsung progres pengerjaan di Kampung Sukajadi Payabujuk, Karangbaru, Aceh Tamiang.
"Kami ingin memastikan program cetak sawah ini berjalan sesuai tahapan yang sudah direncanakan," kata Deki.
Baca: Polres Langsa Ringkus Residivis Narkoba, Saat Digerebek Sedang Paketkan Sabu di Losmen
Dia menjelaskan areal sawah baru ini seluas 290 hektare yang tersebar di tiga kecamatan.
Dia merinci di Kecamatan Tenggulun seleas 212n49 hektare yang terletak di Kampung Tenggulun.
Selanjutnya Kecamatan Karangbaru seluas 50,92 hektare tersebar di tiga kampung, yaitu Alurbamban, Sukajadi Payabujuk dan Bukitkeranji, terakhir di Kecamatan Bendahara 26,59 hektare yang meliputi Kampung Marlempang dan Balai.
Dandim berharap masyarakat mendukung program ini karena memiliki keuntungan yang sangat besar.
"Dampaknya sangat besar karena akan membangkitkan ekonomi rakyat," kata Dandim.
Sebelumnya Bupati Aceh Tamiang H Mursil menjelaskan program cetak sawah ini merupakan program pemerintah pusat yang sudah digagas sejak 1985.
Namun atas berbagai alasan terjadi kendala dan baru kembali dilanjutkan tahun ini.
"Alhamdulillah kampung kita terpilih. Ini sebuah keuntungan, karena kenyataannya kelapa sawit saat ini sudah tidak bisa diandalkan," kata Mursil.
Baca: Sepmornya Ditabrak Colt Diesel, Seorang Siswa SMKN 2 Langsa Meninggal dan Satu Kritis
Isu negatif yang dilontarkan Eropa mengenai kelapa sawit membuat harga tidak stabil.
Bila kondisi ini berkepanjangan, Mursil pun berceletuk akan menumbangkan pohon kelapa sawit di kebunnya untuk beralih ke sawah.