Berita Bireuen
Masih Banyak Penderita TBC di Bireuen, Berikut Sebab dan Cara Pencegahannya
Dari jumlah penduduk Bireuen 400 ribu orang lebih, sekitar 755 di antaranya menderita TBC, bahkan masih banyak penderita belum terdeteksi.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Mursal Ismail
Data terakhir, dari jumlah penduduk Bireuen 400 ribu orang lebih, sekitar 755 di antaranya menderita TBC, bahkan masih banyak penderita belum terdeteksi.
Masih Banyak Penderita TBC di Bireuen, Berikut Sebab dan Cara Pencegahannya
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Jumlah penderita penyakit tuberkulosis atau batuk TBC hingga kini masih banyak di Bireuen.
Data terakhir, dari jumlah penduduk Bireuen 400 ribu orang lebih, sekitar 755 di antaranya menderita TBC, bahkan masih banyak penderita belum terdeteksi.
Selain itu, kemungkinan penderita bertambah sangat besar melalui penularan.
Kadiskes Bireuen, dr Amir Addani, menyampaikan informasi tak menyenangkan ini dalam pertemuan advokasi dan kemitraan penanganan TBC di Hotel Djarwal Bireuen, Jumat (23/8/2019).
Pertemuan digelar Dinkes Aceh bersama Dinkes Bireuen ini diikuti berbagai unsur di Bireuen.
Tujuannya untuk membangun kemitraan, meningkatkan komitmen. dan peran serta semua pihak dalam
mendukung program penanggulanan TBC.
Baca: Berburu Bajakah di Hutan Rawa Singkil, Kayu Ajaib yang Dipercaya Bisa Sembuhkan Kanker
Baca: Dihukum Bayar Ganti Rugi Rp 50 Juta, Begini Tanggapan Ketua STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Baca: STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe Digugat Rp 1,1 Miliar
Menurut Amir, TBC adalah salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia. Penyakit ini sering menyerang paru-paru. Gejalanya klasik diawali batuk, keringat pada malam hari, demam, nafsu makan menurun, dan nyeri di dada.
"Selain itu lelah berlebihan, warna kulit menjadi lebih pucat, kadang-kadang ada benjolan di leher, dan sejumlah tanda-tanda lainnya," sebut dr Amir.
Menurutnya, penyebab munculnya TBC antara lain karena infeksi kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman atau bakteri ini menyebar di udara melalui percikan ludah penderita TBC.
"Misalnya saat berbicara, batuk atau bersin. Meski demikian, penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan sangat lama dengan penderita, tidak semudah penyebaran flu," jelas dr Amir.
Oleh karena itu, kata Kadiskes Bireuen ini, makin lama seseorang berinteraksi dengan penderita TBC, maka semakin tinggi risiko terhadap penyakit ini.
Ada beberapa kelompok orang yang lebih mudah tertular penyakit ini, yaitu orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh, petugas medis yang setiap hari berhubungan dengan pasien TBC baik lansia maupun anak-anak.