Jurnalisme Warga

Kisah Meurah Pupok Dirajam oleh Iskandar Muda

Bukan menuntut pada makam agar syariat Islam bangkit di Serambi Mekkah, tetapi ingin ziarah, sebab keberadaan makam

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Kisah Meurah Pupok Dirajam oleh Iskandar Muda
IST
AMIRUDDIN (Abu Teuming), Direktur lembaga Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah (K-Samara), Sekretaris Jenderal Warung Penulis (WP), dan PIP Kominfo RI, melaporkan dari Banda Aceh

OLEH AMIRUDDIN (Abu Teuming), Direktur lembaga Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah (K-Samara), Sekretaris Jenderal Warung Penulis (WP), dan PIP Kominfo RI, melaporkan dari Banda Aceh

KARENA rasa rindu berlakunya syariat Islam secara kafah di Aceh, saya menziarahi makam "Meurah Pupok". Bukan menuntut pada makam agar syariat Islam bangkit di Serambi Mekkah, tetapi ingin ziarah, sebab keberadaan makam tersebut wujud syariat Islam pernah jaya di Aceh, di bawah Sultan Iskandar Muda. Ia sosok raja pernah berjasa untuk kemajuan Aceh, khususnya bidang agama.

Jasad Meurah Pupok dikebumikan di kompleks kuburan umat Kristen bernama Kerkhoff  Peucut, berlokasi di Gampong Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Tepatnya di samping Museum Tsunami Aceh. Kerkhoff adalah bahasa Belanda yang berarti pemakaman.

Di situ, sekitar 2.250 tentara Belanda dikuburkan setelah mati melawan para pejuang/mujahid Aceh. Bahkan, saat Belanda yang dipimpin Kohler menyerang Aceh tahun 1867, sang jenderal kebanggaan Belanda itu mati ditembak oleh sniper Aceh. Belum diketahui siapa penembak jitu tersebut. Kohler tertembak pada bagian dada saat berada di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Tepatnya di bawah pohon besar. Pohon yang disebut-sebut pohon ketapang itu telah ditebang, karena terkena proyek perluasan dan pemasangan payung di halaman masjid kebanggaan rakyat Aceh itu.

Di antara kubur  kaphe  Belanda itulah Meurah Pupok dimakamkan. Posisi makamnya agak lebih tinggi dibandingkan dengan kubur para prajurit Belanda. Pemerintah pun telah memugar yang di dalamnya terdapat tiga makam. Salah satunya makam Meurah Pupok, berbatu nisan tinggi, juga dibalut kain kuning khas warna kerajaan.

Sultan Iskandar Muda memiliki dua istri. Putranya bernama Meurah Pupok, anak dari istrinya seorang Putri Gayo. Sang raja juga punya anak perempuan bernama Safiatuddin, anak dari istrinya yang juga seorang putri Kerajaan Pedir di kawasan Pidie.

Meurah Pupok merupakan pria tampan, anak kesayangan Sultan Iskandar Muda. Pada usianya yang masih muda belia, ia dipersiapkan sultan menjadi pengganti dirinya ketika raja sewaktu-waktu mangkat. Sang ahli waris takhta raja itu juga mahir menunggang kuda. Kendaraan penting kala itu.

Namun, harapan sultan kandas, setelah seorang perwira Aceh menjumpai Sultan Iskandar Muda yang sedang duduk di bailarung, dengan membawa berita bahwa sang putra mahkota telah melakukan perbuatan tercela. Dilaporkan, Meurah Pupok dipergoki meniduri istri sang perwira yang saat itu sedang bertugas melatih para tentara Aceh. Perwira bertekuk lutut di hadapan raja, sebab ia telah membunuh istrinya yang berbuat asusila. Sedangkan Meurah Pupok dibiarkan hidup dan diserahkan pada sultan. Perwira tak ingin mengeksekusi anak sultan. Justru ia menyerahkan semua keputusan kepada Iskandar Muda.

Setelah melaporkan apa yang terjadi, perwira itu pun menarik rencong dan menusuk dadanya hingga meninggal di tempat. Iskandar Muda tak sempat menghentikan tindakan bunuh diri sang perwira.

Kabar tersebut membuat Sultan Iskandar Muda murka. Padahal, beberapa saat sebelum datang perwira, sang sultan sedang merencanakan pendidikan dan keahlian bagi Meurah Pupok. Beberapa tugas dan tanggung jawab akan diberikan kepada putra mahkota agar ia punya pengalaman dan kemampuan saat memimpin Kerajaan Aceh Darussalam kelak.

Sultan Iskandar Muda berteriak lancang di hadapan pembesar kerajaan. Dengan sikap marah ia berkata, aku adalah sultan penguasa Aceh, Sumatra, dan Melayu. Aku telah memimpin Aceh dan menaklukkannya dengan menegakkan hukum seadil-adilnya. Aku akan menegakkan hukum terhadap keluargaku sendiri. Aku juga akan menghukum putra mahkota dengan seberat-beratnya. Aku akan memenggal leher putraku sebab telah melanggar hukum dan adat negeri ini.

Sultan Iskandar Muda segera memerintahkan penangkapan Meurah Pupok dan dibawa ke pengadilan. Ia juga telah memutuskan untuk mengeksekusi sendiri anaknya.

Sebelum eksekusi, petinggi kerajaan memohon pada Sultan Iskandar Muda agar mengurungkan niatnya. Mereka menawarkan berbagai solusi demi hidupnya putra mahkota. Termasuk meminta sultan supaya mengusir Meurah Pupok, tanpa vonis rajam.

Raja yang adil dan bijaksana tak termakan bujuk rayu kabinet kerjanya, meskipun demi keselamatan putra kandungnya. Ia komit dengan keputusan rajam terhadap pelaku zina, sebagaimana aturan di Aceh. Saat itulah muncul petuah sultan, "Matee aneuk meupat jeurat, gadoh adat ngon hukom pat tamita." Versi lain, "Matee aneuk meupat jeurat, gadoh adat male raja."

Pascashalat Jumat, Meurah Pupok dibawa ke tempat pembaringan oleh algojo. Ia mengenakan pakaian putih, terdapat pula beberapa garis kuning. Raut mukanya terlihat tenang. Sang anak raja menerima sanksi hukum dengan penuh ikhlas. Bahkan ia meminta agar kepalanya tidak ditutup kain agar bisa menatap wajah ayahnya terakhir kali.

Sultan Iskandar Muda telah siap untuk memenggal leher anaknya. Walau hatinya menangis. Tapi sultan tetap teguh pada hukum Allah. Dalam sekejap, kepala dan badan Meurah Pupok terpisah. Darah segar si buah hati mengenai pakaian Sultan Perkasa Alam itu. Jasad segera dimakamkam di tempat terpisah dari makam keturunan raja. Iskandar Muda memerintahkan agar dikubur di lapangan pacu kuda, yang kini bernama Kerkhoff. Sultan tidak ingin jenazah Meurah Pupok dimakamkan berdampingan dengan keturunan raja lainnya.

Kompleks ini terawat indah hingga kini. Warna-warni bunga di sepanjang jalan membuat mata menyejukkan. Kompleks Kerkhoff dikelola oleh Yayasan Pocut, yang dibiayai oleh Belanda. Hal ini sebagai wujud kepedulian Belanda pada serdadu yang mati di tanah Aceh. Kerkhoff  juga menjadi makam Belanda terbesar kedua di dunia, setelah yang pertama berada di negeri Belanda. Namun, Pemerintan Indonesia yang diwakili Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh tetap mengawasi pengelolaan kompleks makam tersebut.

Fitnah

Pascaeksekusi rajam, beredar kabar bahwa Meurah Pupok difitnah oleh orang dekat sultan. Mereka sengaja merencanakan agar sang Putra Mahkota terjerat perbuatan zina. Program tersebut sebagai upaya menggulingkan Meurah Pupok sebagai ahli waris Kerajaan Aceh setelah Sultan Iskandar Muda mangkat.

Ada kelompok yang tidak senang dengan kehadiran Meurah Pupok dalam silsilah Kerajaan Aceh. Golongan ini memilih istri perwira sebagai tumbal. Sebab, perempuan ini tergolong cantik dan kerap masuk ke luar (berada) dalam istana raja. Pengawasan istana terbilang ketat, kecuali terhadap petinggi kerajaan, dan para istri pejabat, termasuk istri perwira. Alhasil, misi menyingkirkan Meurah Pupok dari takhta kerajaan berjala sukses lewat vonis rajam.

Namun, semua ini telah berlalu. Sultan Iskandar Muda telah membuktikan  keadilan terhadap negeri yang ia pimpin. Namanya terus dikenang sebagai sultan megah, bersyariat, dan mampu menyejahterakan rakyat Aceh. Nah, sekarang kita tidak berharap pemimpin Aceh juga merajam anaknya tanpa kesalahan. Apalagi tangannya sendiri yang mencambuk atau memenggal leher sang anak. Tapi kita sangat merindukan syariat Islam di Aceh benar-benar kafah, adil,  dan prorakyat. Tanpa misi proyek di dalamnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved