Wawancara Eksklusif
‘Jika Saya Gaduh, PNA Cuma 1 Kursi’
Samsul Bahri alias Tiyong akhirnya bersedia memberikan pernyataan terkait pemberhentian dirinya dari ketua harian
Gaduh apa yang kita buat di internal partai? Andai saya sering buat gaduh, berarti partai dari dasar (sebelumnya) tiga kursi (DPRA), (sekarang) dapat satu (kuris), dari 17 (diseluruh DPRK) nggak dapat 46 (kursi), paling cuma dapat enam kursi. Dia harus tahu juga, ada kontribusi saya untuk membesarkan PNA ini. Dan banyak utang-utang yang menjadi tanggung jawab saya saat menjadikan Partai Nanggroe Aceh dalam rangka verifikasi partai. Banyak utang-utang yang menjadi beban saya sampai sekarang. Dia tahu tidak soal itu? Yang dia tahu saya membuat gaduh di partai, gaduh apa?
Apakah Irwandi hanya asal menuduh?
Kita juga tidak bisa berandai-andai. (Saya) tidak tahu, karena dia pun jauh dari kita. Hanya penasihat khusus dia, yang ada di samping dia saja yang tahu itu.
Anda juga disebut Irwandi sering melakukan manuver yang meresahkan internal partai?
Di internal saya rasa tidak resah. Kalau resah, tidak mungkin DPW-DPW sekarang mendukung saya. Kalau saya membuat resah, berarti partai ini terpuruk, bukan maju. Mungkinkah saya membuat kerusuhan di partai, membuat resah orang-orang partai sementara partai kita tambah kuat, tambah maju, tambah solid sehingga ada penambahan kursi di DPRA dan DPRK? Kan tidak mungkin.
Anda juga disebut menyerang Irwandi lewat FB terkait proyek?
Kalau itu alasannya kenapa dia tidak ganti (saya) dari dulu, kenapa sudah 14 bulan di penjara baru dia ganti? Masalah status saya di Facebook, saya ingin agar kejadian-kejadian yang andai-andai, ada asumsi, dan ada isu-isu di warung kopi, tidak terjadi. Itu tujuan saya, bukan tujuan untuk menjebak dia.
Kalau status Facebook bisa untuk menangkap orang, saya akan membuat seribu status hari ini untuk menangkap seribu orang. (Tetapi) acuan KPK bukan itu, karena KPK punya alat bukti, punya saksi, baru dia menjerat orang, bukan dengan status Facebook.
Sejak Irwandi ditahan, Anda disebut tidak pernah melaporkan perkembangan partai kepadanya?
Disini dapat saya sampaikan, ketika dia ditangkap dan dipenjara, saya pernah berkomunikasi beberapa kali dengan dia. Bahkan ketika (PNA) masuk dalam Koalisi Aceh Bermartabat (KAB), saya bicara dengan dia. Dia telepon saya.
Persoalannya sekarang, ketika dia di perjara, dia bisa telepon kita kapan dia mau, tetapi kita tidak bisa (menghubungi Irwandi) karena ada pembatasan-pembatasan di penjara. (Jadi) bukan saya tidak komunikasi.
Setiap rapat harian, Kak Darwati kita undang, Sayuti Abubakar sebagai Ketua Mahkamah Partai kita undang, dia tidak hadir. Setiap rapat kalau dia tahu, kan bisa sampaikan ke Irwandi karena Kak Darwati lebih dekat dengan Irwandi.
Bahkan di rapim kemarin, si Sayuti juga kita undang, Kak Darwati juga kita undang. Mereka berhalang hadir, mungkin ada hal-hal lain yang lebih penting dari pada rapat.
Apakah Anda pernah membesuk Irwandi?
Setelah saya dipanggil menjadi saksi, itu terakhir saya ke Jakarta. Setelah itu tidak pernah lagi ke Jakarta. Saya fokus turun ke daerah-daerah dalam rangka melakukan sosialisasi, bagaimana kelanjutan partai kita dan apa kendalanya.