Berita Pidie
Nasib Petani Garam di Pidie, Harga Jual Turun, Tapi Bahan Baku Tinggi
Garam yang diolah secara tradisional itu cenderung turun dengan harga Rp 4.000 hingga 5.000 per kg
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Usaha garam yang digeluti sejumlah petani di Gampong Blang Paseh, Kecamatan Kota Sigli, Pidie semakin terjepit.
Pasalnya, harga garam yang fluktuatif menyebabkan petani garam semakin terjepit.
Garam yang diolah secara tradisional itu cenderung turun dengan harga Rp 4.000 hingga 5.000 per kg.
Padahal, harga garam sempat bertahan Rp 7.000 per kg.
Sementara harga bahan baku kayu justru tinggi Rp 850.000 per truk ukuran sedang.
Baca: Istri Bakar Suami Saat Tidur, Lari dan Lompat ke Sungai Untuk Padamkan Api, Begini Kronologinya
Pemkab Pidie belum hadir, guna mengawal harga garam produksi petani Pidie supaya tidak turun.
Sehingga petani garam di Pidie bisa hidup sejahtera.
"Harga garam terus turun Rp 5.000 per kg. Sedangkan harga bahan kayu tidak turun-turun," kata Ibrahim (60) petani garam asal Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang Tiga, Rabu (28/8/2019).
Ia menyebutkan, kayu dibeli Rp 850.000 per truk ukuran sedang.
Kayu sebagai bahan bakar untuk garam didatangkan dari Gampong Biheu, Kecamatan Muara Tiga (Laweung).
Baca: Sri Mulyani Usul Iuran BPJS Kesehatan Naik 100 Persen, Siap-siap Membayar Segini
" Satu hari saya mampu memproduksi garam 150 kilo dengan dua kali masak," ujarnya.
Tgk Fauzi (60) petani garam lainnya menjelaskan, produksi garam di lancang garam di Blang Paseh mampu memproduksi sekitar 8 ton per hari.
Garam diproduksi secara tradisional itu diangkut menggunakan L300, untuk dijual ke Banda Aceh, Aceh Besar, Takengon, Langsa dan Meulaboh.
" Kita berharap adanya perhatian dari Pemkab untuk kesejahteraan petani garam, terutama menjaga harga," sebutnya. (*)