Rusuh di Papua
Internet di Papua Dibatasi: Ombudsman Minta Evaluasi, Pemerintah Sebut demi Kebaikan
Pembatasan internet dilakukan dengan tujuan meredam hoax yang bisa memperparah kondisi di Papua.
Internet di Papua Dibatasi: Ombudsman Minta Evaluasi, Pemerintah Sebut demi Kebaikan
SERAMBINEWS.COM - Keputusan untuk membatasi layanan internet di Papua mengundang kontroversi dari berbagai pihak.
Pembatasan internet dilakukan dengan tujuan meredam hoax yang bisa memperparah kondisi di Papua.
Berita bohong maupun hal-hal yang dapat memicu provokasi dipercaya beredar melalui media sosial.
Namun, keputusan pembatasan internet ini mendapat respon berbeda dari berbagai pihak.
Ombudsman meminta peninjauan ulang pembatasan internet di Papua.
Sedangkan Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Polri menilai pembatasan internet ini sebagai hal yang wajar dilakukan dengan maksud untuk meredam kondisi di Papua.
Baca: Berlaku Mulai 2 September 2019, Ini Daftar Baru Tarif Gojek dan Grab di Seluruh Indonesia
Baca: Mengulik Peluang APBA Perubahan 2019, Ada Kemungkinan Terjadi Silpa Rp 3,5 Triliun Lebih
1. Tanggapan Jokowi soal Pembatasan Internet di Papua: Untuk Kebaikan Kita Bersama

Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (19/9/2019). (Tribunnews.com/ Seno Tri Sulistiyono)
Mengutip Kompas.com, Presiden Joko Widodo menyebut pembatasan internet yang dilakukan di sejumlah wilayah di provinsi Papua dan Papua Barat adalah demi kebaikan.
"Ya itu semuanya untuk kepentingan, kebaikan kita bersama," kata Jokowi di Istana Bogor, Kamis (22/8/2019).
Senada dengan Jokowi, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara memastikan bahwa pembatasan akses internet di Papua adalah untuk kepentingan nasional.
Menurut Rudiantara, pembatasan akses itu juga telah dibahas dengan aparat keamanan.
Kemenkominfo melakukan pemblokiran data internet di Papua dan Papua Barat sejak Rabu (21/8/2019).
Pemblokiran ini dilakukan setelah terjadi kerusuhan massa di Papua dan Papua Barat, khususnya di Manokwari, Sorong, Fakfak, dan Timika.
Baca: Setelah 7 Tahun, Dokter Fajri Eto’o Bisa Shalat Jumat Perdana di Pedalaman Papua