Berita Papua
Setelah 7 Tahun, Dokter Fajri Eto’o Bisa Shalat Jumat Perdana di Pedalaman Papua
Fajri, pemuda kelahiran Beureunuen Kabupaten Pidie ini adalah dokter jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama, Aceh Besar.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
“Jumatan pertama saya minggu yang lalu, saya ikut menumpang dengan pedagang menggunakan perahu ketinting yang lagi berbelanja di wilayah Distrik Suator. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk perjalanan turun ke Distrik Suator,” kata pemuda hitam manis ini.
“Jumatan kedua saya hari ini (30/8/2019), Alhamdulillah bisa menumpang ikut speedboatnya Bapak pendeta dari Distrik Kolofbraza yang lagi berkunjung ke Distrik Suator,” tambah dia.
Dia bercerita, warga muslim di Kolf Braza yang ingin melaksanakan Shalat Jumat, harus menyusuri sungai untuk mencapai lokasi masjid terdekat di Distrik Suator.
Jika menggunakan speedboat 40 Pk, seperti milik pendeta yang ditumpangi Fajri pada Jumat (30/8) lalu, maka butuh waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam.
Sementara jika menggunakan perahu ketinting milik para nelayan, seperti yang ditumpangi Fajri pada hari Jumat sebelumnya, bisa memakan waktu 1,5 jam sampai 2 jam perjalanan.

Dulu, kata Fajri, saat bertugas pertama di Puskesmas Primapun di Distrik Safan (pertengahan 2013), dia biasa melaksanakan shalat Jumat ke Kota Agats, ibu kota kabupaten Asmat atau ke Distrik Pantai Kasuari.
Agats dan Kasuari ini adalah wilayah pesisir yang sudah tersentuh kehidupan modern.
Sehingga praktis, baru pada Agustus 2019 ini, Dokter Fajri melaksanakan Jumat perdana di pedalaman Papua.
“Perjalanan dari Distrik Safan ke ke Agats sekitar 3 jam 30 menit jika menggunakan Speedboat 85 PK. Dengan catatan laut tenang, karena melewati rute laut Arafura. Jika dengan armada loangboat fiber 40 PK butuh waktu sekitar 5 sampai 6 jam, tergantung cuaca di laut," kata Fajri.
Pada awal tahun 2015, Fajri pindah tugas ke wilayah lembah pegunungan di Puskesmas Suru-Suru di Distrik Suru-Suru.
Di tempat tugas kedua ini yang sangat jauh dari ibu kota Kabupaten Asmat ini juga tidak ada masjid.
“Jadi kalau mau shalat Jumat atau shalat Id (hari raya), harus turun ke kota kabupaten Asmat, butuh waktu sekitar 6 sampai 8 jam, tergantung kondisi air di kali (sungai)," ujarnya.
Baca: Sejarah Hari Ini, 30 Tahun Lalu Persiraja Juara Piala Perserikatan, Begini Faktanya
Kita baku sodara
Selama 7 tahun berada di pedalaman Asmat, Fajri Nurjamil semakin akrab dengan alam Papua.
Perawakan dan gaya bicaranya, seperti sering terlihat saat dia siaran langsung di Facebook, benar-benar mirip warga Papua.
Safan dan Koroway yang merupakan nama dua distrik tempat tugasnya di pedalaman Papua pun ditabalkan pada nama belakang dua buah cintanya dengan , yaitu Faiqa Shadira Al Safan dan Fathia Hanifa Al Koroway.