Berita Pidie Jaya

3 Persoalan Utama Petani Pijay Setiap Tahunnya, Mulai Pupuk Hingga Serangan Hama

3 masalah petani Pijay, alokasi pupuk bersubsidi yang minim, serangan hama dan penyakit padi, serta jadwal yang sudah disepakati selalu molor.

Penulis: Abdullah Gani | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ ABDULLAH GANI
Petani di enam dari delapan kecamatan di Pidie Jaya melaksanakan musyawarah turun ke sawah, Rabu (4/9/2019). 

Tiga masalah utama petani Pijay, alokasi pupuk bersubsidi yang  minim, serangan hama dan penyakit padi, serta jadwal yang sudah disepakati selalu molor.

Laporan Abdullah Gani | Pidie Jaya

SERAMBINEWS,COM.MEUREUDU-Petani di enam dari delapan kecamatan di Pidie Jaya, melaksanakan musyawarah turun ke sawah musim tanam rendengan (MTR) 2019/2020`19 di Oprom Kantor Bupati setempat, Rabu (4/9/2019).

Rapat dihadiri para tokoh tani, kejruen syhik, PT Pupuk Iskandarmuda (PIM), distributor, koordinator BPP, dinas terkait, serta anggota muspida.

Pengolahan tanah harus dimulai awal Oktober, sementara panen diperkirakan awal Februari 2020 mendatang.

Sekdakab Pidie Jaya, drs H Abd Rahman Puteh dalam sambutanya saat membuka acara tersebut mengimbau petani menaati jadwal, untuk menghindari timbulnya serangan hama dan penyakit pada tanaman padi.

Sementara Kadis Pertanian dan Pangan Pijay, drh Muzakkir Muhammad menyebutkan, tiga persoalan utama yang dihadapi petani di wilayahnya setiap tahun.

Baca: Ayo Dukung Putri Pariwisata Aceh 2019, Nana Hafizah, Begini Caranya

Yaitu, alokasi pupuk bersubsidi yang sangat minim, serangan hama, dan penyakit serta jadwal yang sudah disepakati selalu molor.

Selain itu, Muzakkir juga meminta petani supaya menghindarin alih fungsi lahan.

Artinya, lahan sawah yang selama ini sangat produktif hendaknya tidak didirikan bangunan.

Khusus hal ini, pemkab punya wewenang untuk menyampaikan secara luas kepada masyarakat, terutama pemilik lahan.

Karena jika tak dicegah, lambat laun lahan semakin sempit.

Pada gilirannya, mata pencaharian petani menghilang.

Pupuk bersubsidi yang diberikan pemerintah hanya 50 persen dari kebutuhan ril.

Sehingga petani mengeluh, apalagi saat dibutuhkan pupuk tak ada di kios-kios pengecer.

Sementara serangan hama dan penyakit terutama wereng, antara lain akibat penggunaan benih yang tidak

bersertifikat atau tidak diketahui asal usul.

Adapun jadwal tanam yang tidak tepat, para Kadistanpang, juga bisa jadi berekses p timbulnya serangan hama.

Baca: Tak Jadi Dijual ke Barcelona, Bintang PSG Neymar Disebut Frustasi dan Marah

Sementara itu, dua kecamatan (Meurahdua dan Ulim) tidak dilibatkan pada musyawarah, karena alasan

kedua kecamatan dimaksud saat ini sebagiannya baru selesai tanam dan dijadwalkan awal November

2019 baru mulai panen.

Jika menunggu mereka,baru digelar musyawarah,  kata Kadistanpang, maka akan menngganggu jadwal panen.

Karenanya, musyawarah untuk Meurahdua dan Ulim akan digelar tersendiri nanti. (*)

Baca: Menggenaskan, Pria Sawang Meninggal Saat Rumah Terbakar

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved