Peristiwa

Bakar Keranda Warnai Demo Tolak Tambang Emas Linge

Sehingga, massa membakar keranda yang mereka bawa sebagai tanda telah matinya keadilan serta simbol perlawanan.

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Nurul Hayati
Foto: Miko Arigayo
Para pendemo dari Gerakan bela Linge membakar keranda di halaman Kantor Gubernur Aceh, Kamis (6/9/2019). 

Sehingga, massa membakar keranda yang mereka bawa sebagai tanda telah matinya keadilan serta simbol perlawanan.

Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Aksi pembakaran keranda dan saling dorong antara mahasiswa  dengan petugas, mewarnai aksi demo tolak tambang Linge yang berlangsung di halaman Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh,  Kamis (6/9/2019) siang. 

Massa merupakan mahasiswa dari berbagai daerah maupun organisasi yang tergabung dalam Gerakan Bela Linge (Gerbel).

Dalam aksi itu, gerakan bela lingge menolak tambang emas linge yang akan dilakukan oleh PT Linge Mineral Resource (LMR) di dataran tinggi gayo, tepatnya di Aceh Tengah.

Baca: Kasus Gantung Diri di Aceh Jaya, Kasat Reskrim: tidak Ada Tanda-Tanda Pembunuhan

Koordinator Aksi, Meli Saputri kepada Serambinews.com mengatakan, sejumlah massa mengawali aksi dengan berkumpul di Taman Ratu Safiatuddin.

Selannjutnya, massa yang membawa keranda dan sejumlah poster, bergerak ke halaman Kantor Gubernur.

Massa melakukan orasi dan menyampaikan sejumlah tuntutannya, dengan pengawalan pihak kepolisian.

Meskipun massa datang dalam jumlah besar, namun, kata Meli, tidak ada pejabat Pemerintah Aceh yang menemui mereka.

Sehingga, massa membakar keranda yang mereka bawa sebagai tanda telah matinya keadilan serta simbol perlawanan.

“Kita bawa keranda supaya mereka tahu gimana perjuangan nenek moyang kita di sana dalam menjaga alamnya,” ujarnya.

Baca: 17 Santri Pasantren An-Nahla Raih Juara di PENTAS PAI, Empat Diantaranya Berhak Wakili Lhokseumawe

Meli menyampaikan, di kantor gubernur mereka menyampaikan tiga tuntutannya, yaitu mendesak Pemerintah Aceh supaya tidak memberi rekemondasi kelayakan lingkungan untuk aktivitas tambang Linge.

Lalu, mereka mendesak pihak terkait  supaya tidak menerbitkan izin lingkungan untuk operasi tambang itu.

Terakhir, mereka menyatakan  penolakan terhadap hadirnya tambang emas itu di Aceh Tengah.

Meli menegaskan, penolakan tambang Linge akan terus dilakukan.

Karena dikhawatirkan keberadaan tambang akan merusak lingkungan di kawasan dataran tinggi Gayo.

Selain itu, katanya tambang juga dapat merusak area pertanian, karena kawasan itu merupakan resapan air.

“Kita juga khawatir nanti akan mungkin danau laut tawar yang kedua,” tandasnya. (*)

Baca: Klarifikasi Direktur RSU Muyang Kute Terkait Keluarga Pasien Tampung Air Hujan yang Viral di Medsos

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved