BJ Habibie Meninggal
BJ Habibie Wafat, Ini Asal Usul Panggilan 'Habibie', Bermula dari Guru Ngaji
Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, karena sakit yang dideritanya, Rabu (11/9/2019).
Perjalanan Rudy menjadi Habibie, tertuang dalam buku biografinya yang ditulis Ginas S Noer, Rudy, Kisah Masa Muda Sang Visioner.
Baca: Kisah Cinta Abadi Habibie dan Ainun, Sering Dijodohin Guru Karena Murid Paling Muda dan Pintar
Baca: Tangis Reza Rahadian untuk Habibie: Semoga Cepat Bertemu dengan Eyang Ainun di Tempat Terbaik
Termasuk juga kisah yang mengharukan dari Rudy, saat itu ia masih remaja dan baru 40 hari ditinggal ayahnya meninggal, terpaksa dikirim ibunya menyeberang ke Pulau Jawa dari Parepare demi melanjutkan studi.
Pada saat itu, Rudy yang baru berusia 13 tahun mengaku sangat memahami pilihan ibunya untuk mengirimnya berlayar tiga hari tiga malam jauh dari keluarga.
"Saat itu ibu mengatakan, saya tidak mau melepasmu sendiri tapi saya harus melaksanakan agar kamu selalu nomor satu dan selalu menjadi panutan, kamu harus laksanakan tugasmu," papar Habibie dengan mata berkaca-kaca.
Berkat ketegaran ibunya tersebut, Rudy akhirnya dapat menjelma menjadi Habibie yang dikenal seperti saat ini.
Prestasi
Pada semasa hidupnya, Habibie juga pernah beberapa kali menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan saat masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Hal tersebut tidak terlepas dari keahliannya dalam bidang teknologi dirgantara dan Habibie memiliki gelar Prof Dr Ing yang disandangkan di bagian awal namanya.
Gelar tersebut ternyata menginspirasi banyak pihak, tidak terkecuali Hutomo Suryo Wasisto, ilmuwan diaspora Indonesia yang saat ini bermukim dan bekerja di Technische Universitat Braunschweig, Jerman.
Ito kecil bercita-cita dapat memiliki gelar seperti yang diperoleh Habibie, yakni Prof Dr Ing.
"Saya lihat di televisi dan koran, ingin ke Jerman dan punya gelar seperti BJ Habibie.
Baca: Yusril: BJ Habibie Memperlakukan Saya Seperti Anak Sama Seperti Pak Harto, Bukan Staf Presiden
Waktu itu mimpinya sudah tinggi sekali.
Teman-teman bilang enggak usah mimpi tinggi-tinggi, susah, bahasa Inggris juga pas-pasan," ujar Ito, panggilan akrab Hutomo Suryo Wasisto, kepada Kompas.com, Jumat (23/8/2019) di Jakarta.
Saat duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Purbalingga, Ito selalu berhasil menempati peringkat pertama di antara teman-teman seangkatannya.
"Didikan orang tua menanamkan bahwa jangan lihat kita di mana.