Surat dari Sedan Putih Hebohkan PNA, Irwandi Pecat Wak Tar dan Falevi

Dua lembar surat yang diantar seorang pria menghebohkan Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Nanggroe Aceh (DPP PNA)

Editor: bakri

BANDA ACEH - Dua lembar surat yang diantar seorang pria menghebohkan Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Nanggroe Aceh (DPP PNA), di Jalan Profesor Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh, Jumat (13/9/2019). Tak ada yang mengenal pria itu. Orang-orang di Kantor PNA hanya sempat melihat, si ‘kurir’ datang menunggangi sedan berwarna putih.

"Titip surat untuk Tarmizi dan Falevi ya," begitu kata pria yang tak dikenali itu kepada petugas kantor.

Seketika staf sekretariat beranjak dari tempat duduknya. Plt Sekretaris Jenderal (Sekjen) PNA Miswar Fuady yang juga berada di dalam kantor ikut terkejut. Ia bergegas melihat isi surat, setelah mendengar dua nama tadi disebut oleh pengantar surat.

Miswar langsung merasakan perasaaan negatif terhadap nasib rekannya, Tamizi MSI atau akrab disapa Wak Tar dan M Rizal Falevi Kirani di kepungurusan partai. Benar saja, surat itu berisikan pemberitahuan pemberhentian War Tar dan Falevi dari Ketua I dan II DPP PNA.

Surat pemberhentian dua elite PNA itu ditandatangani Irwandi pada 3 September 2019, tapi staf sekretariat menerimanya pada Jumat (13/9). "Tadi (kemarin) sekitar pukul 10.15 WIB, ada orang yang naik mobil sedan putih mengantar kedua surat pemecatan Ketua DPP PNA ke kantor," kata Plt Sekjen Miswar Fuady kepada Serambi.

Jika dilihat dari tanggal surat, pemecatan Wak Tar dan Falevi dilakukan Irwandi sebelum dirinya diberhentikan sementara dari posisi ketua umum oleh Majelis Tinggi Partai (MTP) PNA, 5 September 2019.

Surat itu juga tidak menyebutkan alasan Wak Tar dan Falevi diganti. "Dengan adanya surat keputusan tersebut, maka posisi saudara sebagai Ketua I Dewan Pimpinan Pusat berakhir dan saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada saudara yang telah mengabdi dan menjalankan tugas sebagai ketua harian selama ini," demikian bunyi surat yang kopiannya diperoleh Serambi.

Irwandi Yusuf yang saat ini mendekam di penjara Rutan KPK di Jakarta, tidak berhasil dihubungi. Upaya konfirmasi yang biasanya dilakukan melalui kuasa hukumnya, Sayuti Abubakar SH MH juga tidak bisa. Sayuti sedang berada di luar Jakarta. "Senin paling (bisa bertemu dengan Irwandi)," katanya.

Janggal

Plt Sekjen Miswar Fuady mengatakan ada yang janggal pada isi surat itu. Kejanggalan itu terlihat pada penulisan "ketua harian" yang menurut Miswar itu jabatan Samsul Bahri alias Tiyong yang juga sudah diberhentikan oleh Irwandi. "Sepertinya surat itu kopi paste dari surat pemberhentian ketua harian. Seharusnya ditulis sebagai ketua I atau II, jabatan orang yang diganti," tukasnya.

Sekedar informasi, pemecatan itu ekses dari kisruh yang terjadi di internal partai. Kisruh itu berawal dari keputusan Irwandi memberhentikan ketua harian dan sekretaris jenderal (sekjen) partai, Samsul Bahri alias Tiyong dan Miswar Fuady yang dinilai tidak sesuai AD/ART.

Sebagai pengganti Irwandi menunjuk Darwati A Gani yang juga istrinya sebagai ketua harian dan Muharram Idris sebagai sekjen.

Persiapan KLB

Secara terpisah, Steering Committee (SC) Kongres Luar Biasa PNA, Muhammad MTA kepada Serambi Jumat (13/9/2019) mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan segala kebutuhan KLB. "Persiapan Insyaallah udah fix," kata MTA.

Saat ini, sambungnya, sebagian peserta dari daerah jauh juga sudah mulai bergerak. "Peserta dari barat selatan sedang dalam perjalanan, begitu juga dari lintas timur, rata-rata nanti malam menuju ke Bireuen," ungkap Muhammad MTA.

Tarmizi MSI (Wak Tar) dan M Rizal Falevi Kirani yang dikonfirmasi Serambi, mengaku tidak terkejut dengan surat pemberhentian itu. Mereka berdua mengaku sudah jauh-jauh hari mewanti-wanti surat itu akan dikeluarkan oleh Irwandi Yusuf.

"Kami sudah memprediksikan kalau kami akan dipecat, sebab itu yang bisa lakukan dalam kondisi panik ini. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk menghenti Kongres Luar Biasa yang segera akan berlangsung," kata Wak Tar dan Falevi kepada Serambi.

Wak Tar menyatakan kalaupun dipecat tidak ada masalah lagi, sebab KLB dengan agenda pergantian Irwandi Yusud dari ketua umum akan dilaksanakan hari ini. "Harusnya Bang Wandi geumeratep-ratep mantong di dalam, geumeudoa kedroe, bek geupike peucat-peucat ureng le (Harusnya Bang Wandi berzikir saja di dalam, berdoa, jangan pikit pecat-pecat orang lagi," kata Wak Tar.Menurut dia, apa yang dilakukan pihaknya hari ini adalah untuk menyelamatakan 28 ribu anggota partai yang sudah mengorbankan diri dan mengantungkan perubahan Aceh pada PNA. "Jadi jangan karena ada kepentingan pribadi, dan ambisi pribadi yang kemudian merusak harapan 28 ribu anggota partai," tandas Wak Tar.

Di PNA, sambung dia, tidak ada yang lebih tinggi daripada konstitusi partai, dan semua pengurus harus patuh pada konstitusi partai. Seharusnya, kata Wak Tar, Irwandi belajar dan membaca secara konprehensif segala aturan partai.

"Saya yakin sekali mereka tahu kalau Kongres ini sesuai dengan aturan partai dan mereka tahu juga kalau kami sangat memahami konstitusi partai karena dari awal kami terlibat dalam mendesain dan menyusun konstitusi partai. Tetapi mereka sudah tidak peduli lagi, yang penting ada sesuatu yang dilakukan untuk menyatakan keberadaannya," ungkap Wak Tar.

Lebih lanjut, Falevi menambahkan beberapa tindakan yang dilakukan sebelumnya terlihat jelas mereka gagal paham terhadap aturan yang mengikat semua kader dan anggota partai. Misalnya pemberhentian ketua harian dan sekjen yang sudah jelas diatur dalam Pasal 21 AD dan diperjelas dalam Pasal 11 ART secara eksplisit, jadi tidak perlu ada penafsiran lagi.

Hal yang kedua yang dilakukan Irwandi, kata Falevi, adalah mengeluarkan surat-surat yang tidak merujuk ketentuan yang berlaku dalam peraturan partai dan tidak sesuai format resmi yang berlaku di partai.

Mengenai penunjukan Plt Ketua Umum dan Sekjen yang dipersoalkan, menurut Falevi hal itu sudah sesuai dengan ketetuan partai yang disebut dalam Pasal 56 ART yang menjelaskan kewenangan Majelis Tinggi Partai.

Mantan aktivis mahasiswa 98 ini menyatakan apa yang mereka lakukan saat ini adalah untuk menyelamatkan partai. Para kader, ungkap Falevi, sudah tahu juga bahwa dengan kondisi Irwandi saat ini tidak mungkin bisa lagi memimpin PNA.

Ia juga mengatakan, para pengurus melihat ada arah untuk menjadikan PNA sebagai partai keluarga. "Makanya pengurus seperti Tiyong, Miswar, dan beberapa yang lain disingkirkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan suksesi," ungkap dia.

Sebagai bentuk tanggung jawab, kata Falevi, dirinya bersama Wak Tar dan para pengurus lain, terutama yang terlibat mendirikan partai ini harus membawa semua persoalan itu dalam Kongres Luar Biasa. "Karena forum inilah yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk memastikan partai masih milik bersama, bukan milik satu kelompok," pungkas Falevi.(mas)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved