Safwan Idris Ditembak

Kisah Hidup Prof Safwan Idris, Mutiara Darussalam yang Hilang dalam Pusaran Konflik Aceh

Sang Mutiara Darussalam itu pergi di tengah pusaran konflik Aceh yang tengah mendidih. Kepergiannya diiringi sejuta air mata dan tangisan rakyat Aceh.

Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/Dok. Serambinews
alm Prof Safwan Idris 

Saat bencana gempa dan tsunami 2004, gedung ini tak luput dari kehancuran. Banyak sisi bangunan yang rusak. Mantan aktivis Aceh, M Muhammad Alkaf dalam tulisannya 'Untuk Dia yang Tidak Pernah Mati: Safwan Idris' menulis sosok Safwan Idris tumbuh dalam dekapan dua tradisi kuat di Aceh, dayah dan Darussalam.
"Pak Safwan menjadi pengobat kehausan orang Aceh tentang makna pemimpin sebenarnya yang telah lama hilang; ahli agama sekaligus admistrator ulung. Hal yang pernah melekat pada dua tokoh besar Aceh sebelumnya, Daud Beureuh dan Ali Hasjmy," tulis peneliti di Aceh Institut ini.

Menurut Alkaf kapasitas intelektual yang dimiliki Safwan Idris adalah hasil tempaan langsung oleh ayahnya, Abu Idris, salah satu ulama yang kharismatik, sekaligus pengikut setia Daud Beureuh.
Alkaf juga menyebutkan Safwan Idris belajar hingga ke Amerika Serikat. Padahal zaman itu, Kuala Lumpur-pun masih terasa jauh.

Mahasiswa UIN Pertama di AS

Istri alm Safwan Idris, Alawiyah dalam sebuah tulisannya yang menyentuh dalam buku 'Kearifan yang Terganjal; Shafwan Idris Ulama dan Intelektual Aceh' menceritakan, betapa sangat gugupnya ketika harus menyusul ke Amerika, karena Safwan melanjutkan studi doktoralnya.

Namun Alawiyah bahagia ketika melihat Bang Safwan, begitu ia memanggil suaminya itu, tampak hadir menyambutnya di Bandara Kuala Lumpur.

Safwan saat itu mendapat beasiswa dari Mobil Oil Indonesia untuk belajar di University of Wiconsin Medison, Amerika Serikat pada tahun 1977.

Ia adalah alumni IAIN AR-raniry pertama yang mendapat kesempatan untuk belajar di Amerika Serikat, sebuah prestasi yang membanggakan khususnya bagi civitas akedemika IAIN AR-raniry saat itu.

"Bagi yang pernah berjumpa langsung dengannya, tentulah dapat memahami tentang dua kecakapannya yang di atas itu. Gelar akademik dan posisinya yang prestisius itu, tidak membatasinya untuk berjumpa dan berbicara dengan siapapun. Hari ini, dia bicara di panggung nasional. Duduk sederet dengan tokoh penting di negeri ini. Esok lusa, dia bicara di hadapan jamaah meunasah di pelosok Aceh. Tanpa mengurangi sedikit-pun antusiasnya," begitu Alkaf menulis tentang sosok yang dijuluki Mutiara Darussalam tersebut.

Ditangisi rakyat

Hermandar Puteh, Mantan Ketua Divisi Ekonomi (1994-1999) Lingkaran Studi Kreatif Minority, Universitas Indonesia dalam tulisan resensi buku 'Kearifan yang Terganjal; Shafwan Idris Ulama dan Intelektual Aceh' yang dimuat Majalah Gatra mengungkapkan kehilangan guru besar pendidikan yang sekaligus Rektor IAIN Ar-Raniry, Safwan Idris, adalah sesuatu yang sangat mahal dan pahit dirasakan rakyat Aceh.

Hermandar menulis bagi masyarakat Aceh, nama Safwan sangat populer. Safwan Idris lahir pada 5 September 1949 di Desa Siem, Kkecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Kakek dari jalur ibunya, Tgk Ali Lampisang, adalah guru pertama ulama besar Aceh Tgk Mudawali Al-Khalidi.

Demikian juga dari jalur ayahnya. Dalam diri Safwan Idris mengalir semangat pendidikan Islam yang diwarisi dari kakek sepupunya Tgk Hasan Krueng Kale, seorang ulama besar Aceh dan tokoh pejuang tegaknya negara kesatuan RI.

Demikian pula ayahnya Tgk Idris Mahmud, adalah teungku yang menguasai ilmu agama dan seorang pejuang yang bergabung dengan kelompok DI/TII Daud Bereueh yang ikut berjuang dalam rangka menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong.

Di awal jabatannya sebagai Rektor IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN Ar Raniry), Safwan meluncurkan konsep bagaimana mengembangkan kampus ke depan, dengan pola kepemimpinan yang berukhuwah dan bersilaturahmi.

"Dia berangkat dari Masjid Fathun Qarib, yang terletak di tengah-tengah kampus IAIN Ar-Raniry, sebagai sentral pembinaan moral dan intelektual akademika," tulisnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved