Jurnalisme Warga
Menderitanya Warga Kalimantan Barat akibat Dikepung Kabut Asap Tebal
Sebagai putra Aceh yang sedang berada di Kalimantan Barat (Kalbar), saya tergerak untuk melaporkan apa yang kini sedang melanda provinsi

OLEH SAFRIZAL HASYIMI, S.T., asal Desa Pante Jaloh, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, melaporkan dari Kalimantan Barat
Sebagai putra Aceh yang sedang berada di Kalimantan Barat (Kalbar), saya tergerak untuk melaporkan apa yang kini sedang melanda provinsi ini, yakni kabut asap tebal yang terasa makin menyiksa.
Namun, perlu terlebih dahulu saya perkenalkan siapa saya dan mengapa sampai “terdampar” ke Kalbar. Saya berasal dari Kecamatan Sawang, Aceh Utara, merantau ke Kalbar sejak 2017 menemani istri bertugas sebagai abdi negara. Istrinya saya, Desi Hendri Yani Spd merupakan Guru Garis Depan Program Khusus Kemendikbud yang ditugaskan ke Kalbar sejak tahun 2017.
Nah, saya sampaikan laporan ini berdasarkan pandangan mata maupun apa yang saya dengar terkait bencana alam kabut asap yang melanda Kalbar.
Hingga hari ini, Senin, (16/9/2019), Provinsi Kalbar masih diselimuti asap bahkan kondisinya semakin tebal. Jarak pandang semakin terganggu dan banyak warga yang jatuh sakit karena tak sanggup menahan paparan kabut asap.
Setelah kabut asap berlangsung tiga hari, 12-14 September 2019, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji akhirnya terpaksa mengambil kebijakan--melalui surat edarannya–untuk meliburkan aktivitas belajar-mengajar di semua jenjang pendidikan dikarenakan kabut asap yang membuat kondisi udara menjadi tidak sehat.
Melalui akun media sosial facebook, Senin (16/9) Gubernur Kalbar kembali mengeluarkan instruksi meliburkan aktivitas semua jenjang pendidikan. Sejalan dengan itu, kepada orang tua diharapkan mengawasi anak-anaknya agar tidak beraktivitas di luar rumah, mengingat kabut asap semakin tebal dan kondisi udara yang buruk dan tidak sehat.
Sehari sebelumnya, Gubernur Kalbar mengingatkan kepada seluruh pembuka lahan agar segera menghentikan aktivitas pembakaran lahan. Selain itu, beberapa perusahaan yang melakukan pembakaran lahan, dalam sepekan terakhir sudah disegel dan dievaluasi izin perusahaannya dan ditindak tegas dengan mencabut izin operasionalnya selama tiga hingga lima tahun ke depan.
Pihak Pemerintah Provinsi Kalbar bersama Polda dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus aktif memantau aktivitas pembakaran hutan dan lahan (karhutla) dan akan terus menindaklanjutinya dengan tindakan tegas sehingga kondisi Kalbar dapat normal kembali dan hutan tetap terjaga, karena hutan Kalimantan merupakan hutan terluas ketiga di dunia.
Upaya-upaya penanggulangan juga dilakukan serempak di tingkat kabupaten/kota, seperti terlihat di Kabupaten Ketapang. Pemkab Ketapang pada hari Minggu (15/9/2019) pagi bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat, seluruh ormas Islam, dan masyarakat muslim Ketapang melaksanakan shalat Istisqa di halaman Masjid Agung Al-Ikhlas Ketapang.
Sejauh yang saya pantau, antusiasme masyarakat Ketapang sangat tinggi ikut shalat minta hujan ini, meskipun saat shalat kabut asap tebal mengitari mereka. Akan tetapi, dengan memakai masker mereka tampak khusyuk melaksanakan shalat mengharap pertolongan Allah agar segera menurunkan hujan. Hujan yang deras diprediksi akan mampu memadamkan api yang masih membakar sebagian hutan Kalbar.
Ketua MUI Kabupaten Ketapang, Ustaz Faisal Maksum yang bertindak sebagai imam dan khatib mengatakan bahwa shalat Istisqa yang dilaksanakan itu bertujuan meminta kepada Allah agar dapat menurunkan hujan supaya bencana yang disebabkan oleh tangan manusia bisa segera teratasi.
"Karena asap sudah terlalu kuat pekatnya, kita berharap Allah segera menurunkan hujan," ungkap Ustaz Faisal Maksum saat menjadi imam shalat Istisqa, Minggu (15/9).
Ia tambahkan bahwa doa merupakan senjata ampuh bagi orang mukmin. Untuk itu, dia mengajak seluruh kompenen masyarakat bersama-sama berdoa agar Allah segera menurunkan hujan. "Insyaallah, Allah akan mengijabahkan doa kita semua," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Ketapang, Suprapto mengaku upaya penanganan karhutla di kabupaten itu sudah dilakukan pihaknya bersama pihak terkait selama kurang lebih dua bulan, baik upaya pemadaman melalui udara maupun darat.