Menarik Disimak, Acara Jipangu di Jepang Sindir Jebakan Utang China, Negara Lain Dibikin Tak Berdaya
"Konsep zona ekonomi besar China "One Belt One Road" sebagai simbol supremasi China atas dunia.
Ini bisa terjadi karena pemberi pinjaman seperti menetapkan bunga tinggi.
Sebagai catatan, misalnya saja pinjaman 5 miliar dolar dari China untuk proyek pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung ke China dengan bunga 2,5 persen per tahun.
Padahal Jepang dalam pinjamannya kepada Indonesia hanya memberikan bunga sekitar 0,1 persen per tahun.
Berfokus pada Cina, baru-baru ini para analis di media sering merujuk praktik tersebut sehubungan dengan kebijakan luar negeri Tiongkok, terutama di bawah Pemimpin Xi Jinping.
Dia telah memperluas bantuan luar negeri China, investasi infrastruktur, keterlibatan energi, dan keterkaitan ke berbagai bidang.
China adalah pemimpin dunia dalam pembangunan infrastruktur, yang telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat sejak reformasi dan pembukaannya di bawah Deng Xiaoping karena strategi pembangunan berbasis infrastrukturnya.
Kebijakan ini dianggap diplomasi perangkap utang karena ketika ekonomi yang berutang gagal untuk melayani pinjaman mereka, mereka ditekan untuk mendukung kepentingan geostrategis Tiongkok.
Beberapa komentator, misalnya, menyatakan bahwa China mendukung rezim represif dengan cara neokolonialis melalui pinjaman tingkat tinggi, dengan tujuan memaksa negara-negara ini begitu mereka default sehingga mereka menyelaraskan dengan Cina pada isu-isu strategis dan militer utama.
China telah dituduh melakukan negosiasi rahasia yang mengarah pada penetapan harga non-kompetitif pada proyek-proyek di mana penawaran harus diberikan kepada perusahaan milik negara atau terkait China yang membebankan harga yang jauh lebih tinggi daripada yang akan dibebankan pada pasar terbuka, dan penawaran harus ditutup.
Istilah ini telah digunakan untuk menggambarkan praktik pinjaman negara China kepada beberapa negara berkembang.
Sebuah contoh pinjaman tinggi China adalah pinjaman 2006 yang diberikan kepada Tonga, yang berupaya memperbaiki infrastrukturnya.
Dari 2013 hingga 2014, negara itu mengalami krisis utang sejak Ex-Im Bank of China memberikan pinjaman kepada negara Afrika tersebut.
Pinjaman tersebut menyita 44 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) Tonga.
Analis Barat telah mengungkapkan bahwa diplomasi perangkap utang China mungkin memiliki niat dan tantangan hegemonik terhadap kedaulatan negara.
Serta juga menuduh melakukan perdagangan yang tidak adil dan kesepakatan keuangan karena negara-negara yang kekurangan uang tidak mampu menolak uang Beijing.