Rusuh di Papua
Update Kondisi Papua Hari Ini, Korban Tewas Jadi 32 Orang, Satu Diantaranya Dokter, 5.000 Mengungsi
Hingga Rabu (25/9/2019), total korban meninggal dunia akibat kerusuhan Wamena, Papua tercatat menjadi 32 orang.
Update Kondisi Papua Hari Ini, Korban Tewas Jadi 32 Orang, Satu Diantaranya Dokter, 5.000 Mengungsi
SERAMBINEWS.COM, JAYAPURA - Hingga Rabu (25/9/2019), total korban meninggal dunia akibat kerusuhan Wamena, Papua tercatat menjadi 32 orang.
Selain itu, ada 75 orang yang mengalami luka-luka.
Kemudian 80 kendaraan roda empat, 30 kendaraan roda dua, 150 rumah dan pertokoan, serta 5 perkantoran hangus terbakar.
Saat ini sekitar 5.000 warga Wamena memilih mengungsi di 4 titik pengungsian yang ada.
Dari jumlah korban tewas, seorang warga yang meninggal adalah dokter yang bertugas di padalaman.
Dunia Kesehatan Papua berduka setelah salah satu dokter yang selama lima tahun terakhir bertugas di Kabupaten Tolikara, Papua, menjadi salah satu korban tewas kerusuhan Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Baca: Dampak Gempa Ambon: Warga Lari ke Gunung, Jembatan hingga Jalan Pelabuhan Retak, Ini Video & Fotonya
Baca: Wamena, Kota Kecil di Papua yang Berjuluk Mutiara Hitam, Berikut 7 Faktanya
Baca: Rusuh di Wamena Papua, 16 Orang Tewas dan 65 Warga Terluka, Suara Tembakan Terdengar Selama 3 Jam
Namanya dr Soeko Marsetiyo (53 tahun). Dia berprofesi sebagai dokter umum yang bersedia meninggalkan keluarganya di Yogyakarta untuk melayani masyarakat di pedalaman Papua.
Sekretaris Dinas Kesehatan Papua dr Silwanus Sumule SpOG(K) mengakui bila saat ini tidak mudah mencari seorang dokter yang bersedia ditugaskan di wilayah terpencil, walau pada saat disumpah menjadi seorang dokter mereka harus mau bertugas dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Namun, hal ini berbeda ketika dr. Soeko datang ke Papua sekitar tahun 2014.
"Saya tidak terlalu tahu dia sebelumnya bertugas di mana, tetapi ketika dia datang di Papua dia langsung bertugas di Tolikara dan memang dia meminta pelayanannya di daerah yang terisolir," tuturnya saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (26/9/2019).
Silwanus menilai, dengan usia yang tidak muda lagi, seorang dokter biasanya sudah ingib merasakan kehidupan yang nyaman.
Tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi dr. Soeko yang terus bersikeras untuk tetap mengabdi di pedalaman Papua.
"Itu luar biasa, beliau mau mengabdi di daerah yang sulit di usianya sekarang 53 tahun. Biasanya orang sudah meminta di kota, dia masih meminta untuk bertahan di daerah yang terisolir," kata Silwanus.
Dunia kedokteran berduka Tewasnya dr. Soeko pada 23 September 2019 setelah sebelumnya sempat mendapat penanganan medis di RSUD Wamena, merupakan duka bagi seluruh insan kesehatan di Papua.