Peringkat Impor Alat Militer Indonesia Turun dari Posisi 5 ke 22, Berikut Alasannya

Laporan yang dikeluarkan oleh lembaga Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) ini juga menyebut peringkat Indonesia yang merosot.

Editor: Amirullah
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Peringatan HUT ke-72 Tentara Nasional Indonesia di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, Kamis (5/10/2017). Peringatan HUT TNI ini TNI dimeriahkan latihan gabungan dengan menggunakan alutsista andalan dari masing-masing matra TNI, Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. 

"Jadi Indonesia punya target pengadaan 1000 tank, solusinya kita joint kerjasama dengan Turki membuat Tank Harimau."

Contoh lainnya, Indonesia baru saja negosiasi pembelian pesawat tempur KF-X dari Korea dan sepakat melakukan 'co-production' dengan negara tersebut.

Di sisi lain, negara-negara seperti Bangladesh, Malaysia, Filipina dan Brunei juga berminat mengakuisisi Tank Harimau Hitam buatan PT Pindad Indonesia dan pabrik alutsista Turki.

Tidak Tergantung dengan Negara / Blok Tertentu

Pengadaan alutsista yang mengacu pada 'Minimum Essential Force' menurut Muhammad Haripin adalah strategi untuk mencapai kekuatan pokok minimum.

Strategi ini adalah bentuk pertahanan yang ideal dan dapat disegani pada tingkat regional maupun internasional.

"Kalau lihat dokumen MEF, kita butuh banyak anggaran untuk patroli maritim, Angkatan Laut juga butuh kapal patrol ... dan daftar belanja kita banyak sebenarnya, anggaran terus naik." kata Haripin

Haripin menambahkan bahwa dengan semakin dinamisnya perdagangan alutsista, saat ini Indonesia banyak memiliki pilihan, seperti membelinya dari Swedia, Perancis, bahkan China.

Sementara Muradi menambahkan, kerjasama militer dengan banyak negara juga sejalan dengan status Indonesia sebagai negara bebas aktif.

"Agar kalau terjadi apa-apa kita tidak tergantung dengan negara atau blok tertentu" kata Muradi

Yang terpenting, menurut Connie, adalah mewujudkan kekuatan TNI sebagai poros maritim, dirgantara dan permukaan di dunia.

"Menhan baru di kabinet mendatang sebaiknya membuat 'road map' industri pertahanan yang lebih tertata dan terkolaborasi antara BUMN, BUMS, agar integrasi pelaku industri pertahanan semakin terwujud." tambah Muradi.

Lonjakan Impor Senjata Negara Australia

Selain itu, negara Australia melonjak yang pada awalnya peringkat keempat di tahun 2017, menjadi pembeli senjata impor terbesar kedua di dunia.

Negara Australia berada di bawah Arab Saudi yang menjadi negara dengan impor senjata terbanyak pada tahun 2017-2018.

Pembelian Joint Strike Fighters pada tahun lalu yang memiliki harga mahal membuat peringkat Australia naik di negara pengimpor senjata militer. (Australian Air Force)
Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved