Kaji Makna Al Faqr, Ustaz Somad: Kerja Tidur, Selesai Sidang Buka Mata: Neraka Jahannam Tempatnya

Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS), kata al Faqr dalam ayat itu artinya adalah selalu kurang.

Editor: Amirullah
Youtube Ustadz Abdul Somad Official
Ustadz Abdul Somad 

Kaji Makna Al Faqr, Ustaz Somad: Kerja Tidur, Selesai Sidang Buka Mata: Neraka Jahannam Tempatnya

SERAMBINEWS.COM - Ustadz Abdul Somad menyampaikan kajian tentang al Quran surah Al Baqarah ayat 268 saat tausiyah di Batam beberapa waktu lalu.

Satu di antara yang dikaji Ustadz Abdul Somad adalah tentang makna al Faqr dalam ayat tersebut.

Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS), kata al Faqr dalam ayat itu artinya adalah selalu kurang.

Makanya, kata Ustadz Abdul Somad, kalau ada orang kaya tak bersedekah berarti fakir.

"Orangnya kaya, otaknya fakir," kata Ustadz Abdul Somad saat mengkaji al Quran surah Al Baqarah ayat 268.

UAS mengatakan, orang yang korupsi dalam hatinya ada al Faqr.

"Orang-orang pejabat-pejabat yang hebat-hebat itu apa yang ada dalam perutnya?," kata UAS.

"Ni, faqir. Kurang, kurang, kurang. Padahal semua ada. tunjangan mobil dinas, rumah dinas, bini dinas. Tunjangan listrik, handphone, uang sepak uang sundul, tanduk, tunjang, kurang aja lagi," kata UAS.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, padahal kerjanya tidak ada.

"Tidur aja. Demikianlah sidang ini, nah buka mata. Tutup mata, buka mata, selesai. Neraka jahannam tempatnya," kata UAS.

"Kalau sakit hati nanti dia nonton ini, berarti betol perbuatannya itu. Makin hari saya ceramah, makin banyak orang mengamuk. Biar aja," ujar Ustadz Abdul Somad.

Sebelum pensiun apa yang dilakukan, bantai, hantam kromo, hajar terus. Untuk apa?

"Buat rumah kos untuk persiapan pensiun. Ambil ini, ambil ini. Apa dalam hatinya? al Faqr," jelas UAS.

Manusia yang punya sifat faqr itu fakir. Maka setan selalu berbisik.

"Darimana setan berbisik? Dalam hati selalu berbisik. Jangan kau sedekah nanti susah. Jangan beri sumbangan untuk masjid nanti anakmu makan apa? Jangan, jangan, kata setan," jelas Ustadz Abdul Somad.

Simak selengkapnya dalam video berikut ini:

Besi Terasa Lunak

Ustadz Abdul Somad berbagi perjalanan hidupnya dari mulai kuliah S1 di Al Azhar dan S2 Darul Hadits Maroko.

Menurut Ustadz Abdul Somad, setelah dua ijazah itu ditenteng, dirinya pulang kampung beberapa tahun lalu.

Menurut UAS, setelah menyelesaikan S2 di Maroko, dirinya menetap satu bulan di kampung, lalu merantau ke Jakarta.

Saat merantau di Jakarta, UAS bekerja menerjemahkan buku.

"Buku yang dari Arab tu dibawa ke penerbit. Assalamualaikum Pak, saya mau menerjemah buku. Mungkin ada yang bisa dibantu," kata UAS menyampaikan pengalamannya waktu itu, saat Pembekalan Mahasiswa Baru Sudan, belum lama ini.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, saat itu beberapa orang yang ditemuinya sangat sombong. Bahkan ada beberapa yang menolak.

"Kami sudah punya tim profesional katanya," cerita UAS.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, saat itu upah menerjemahkan buku Rp 9 ribu untuk satu halaman.

Dalam sehari, dirinya bisa menerjemahkan 10 halaman.

"200 halaman kadang buku itu, dapatlah satu juta delapan ratus ribu," katanya.

Uang itulah yang digunakan UAS untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dirinya menegaskan tak mau bergantung kepada orangtua.

"Apalagi pada mertua, ndak," katanya.

Setahun kemudian ada tes. UAS ikut memasukkan lamaran.

Tes seleksi berkas ijazah, Ustadz Abdul Somad lulus, karena nilainya tinggi.

UAS kemudian ikut tes bahasa Arab dan Inggris, dan hasilnya lulus.

"Tes potensi akademik lulus, tes mengajar lulus. Tinggal tes terakhir wawancara. Dalam hati saya, lulus 70 persen," kata UAS.

Kenapa dirinya berpikir begitu? Ustadz Abdul Somad mengatakan, karena dirinya S1 saya Al Azhar dan S2 Daarul Hadits.

"Saya menulis tesis 300 halaman pakai bahasa Arab, diuji orang Arab. Tiga profesor Arab yang menguji," katanya.

Namun perkiraan UAS meleset. Saat sedang di metromini terminal Kampung Melayu, Jakarta, dirinya mendapat pesan singkat (sms).

"Saya sedang bergantung. Berbunyilah handphone. Tengok sms, mohon maaf tidak lulus. Lunak rasanya besi metro mini itu dipijak," kata UAS.

Menurutnya, itulah satu-satunya harapan saat itu.

Setelah tak lulus, UAS kembali pulang ke kampung halaman setelah disuruh ibunya.

"Saya disuruh balik, maka balik. Saat itu Agustus 2008 pas bulan Ramadan," cerita UAS.

"Saya tak dapat jadwal ceramah. Lalu dibawalah oleh Dr Musthafa Umar ke TVRI," kata UAS.

Ramadan tahun berikutnya UAS baru diberi jadwal ceramah.

Agar tidak salah masuk masjid, dirinya jam 4 sore mulai mencari tempat ceramah.

"Habis jalan aspal, masuk jalan semen, masuk gang kecil ada musola lampunya 5 watt. Disitulah diberi orang jadwal ceramah. Ada musola itu sampai sekarang," katanya.

Hari berganti musim berubah. Akhirnya UAS ikut tes di UIN Suska Riau.

Allah beri kemudahan dan dirinya berhasil lulus sebagai dosen.

"Dari 2008 saya balik sampai sekarang 2019 sudah 11 tahun. Abdul Somad 10 tahun lalu ingin nerjemahkan buku tak diterima orang. Sekarang saya tak menerjemah buku, tak menulis tak orang menulis," katanya.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, buku yang diterjemahkannya 2007-2008, sekarang dicetak ulang dan ditulis dengan huruf besar, 'buku ini diterjemahkan Abdul Somad Lc, MA'.

Pada Islamic Book Fair Jakarta, buku-buku itu dipajang.

"Dalam hati saya bicara, dulu ditolak. Sekarang dicetak lagi," katanya.

UAS mengatakan, apapun yang terjadi sebenarnya bunga-bunga hidup saja.

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Ustadz Abdul Somad (UAS): Kerja Tidur, Selesai Sidang Baru Buka Mata: 'Neraka Jahannam Tempatnya!'

Penulis: Nasaruddin

Editor: Nasaruddin

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved