Berita Pidie Jaya
Pijay Krisis Batu Bata, Ini Penyebabnya dan Rincian Harga
Jika sebelumnya mereka menjual (diantar) Rp 550 hingga Rp 600 per-biji, tapi saat ini menjadi Rp 660 per-biji.
Penulis: Abdullah Gani | Editor: Nur Nihayati
Jika sebelumnya mereka menjual (terima ditempat) Rp 550 hingga Rp 600 per-biji, tapi saat ini menjadi Rp 660 per-biji.
Laporan Abdullah Gani | Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU-Sejak dua bulan terakhir permintaan batu bata di Pidie Jaya cendrung meningkat.
Hal itu terkait dengan gencarnya pembangunan baik rumah bantuan dan sejenisnya maupun bangunan pribadi warga.
Untuk rekontruksi rumah bantuan gempa bumi, rumah dhuafa, rumah bantuan menggunakan dana yang di plot pemerintah ke gampong-gampong atau lazim disebut alokasi dana gampong (ADG), umumnya batu bata dipasok dari luar Pijay.
Pasokan dari luar Pijay sudah berlangsung sejak rehab-rekon tahun pertama 2018 lalu. Seperti dari Aceh Utara dan Bireuen.
Ada juga sebagiannya berasal dari Pijay itu sendiri. Antara lain dari Kemukiman Pangwa Kecamatan Trienggadeng serta dari Ulim dan sekitarnya.
Tapi jumlahnya sangat sedikit. Saat ini harga batu bata berkisar antara Rp 600-660 per-biji. Harga tersebut melonjak rata-rata Rp 150-200/biji dibandingkan beberapa bulan lalu.
Fazli dan Ikhsan, dua pengusaha bata bata dari Aceh Utara dan Bireuen yang ditanya Serambi melalui ponselnya mengaku, bahwa belakangan harga batu bata melonjak.
Baca: Perkara Dugaan Pelecehaan Seksual di Pesantren An Lhokseumawe Segera Disidang, Ini Jadwalnya
Baca: INFO TERBARU CPNS 2019, Pendaftaran Mulai November 2019, Simak Jadwal, Formasi, Imbauan BKN
Baca: Gadis Aceh, Waspada Bujuk Rayu Agen dengan Iming-iming Gaji Besar di Malaysia
Jika sebelumnya mereka menjual (terima ditempat) Rp 550 hingga Rp 600 per-biji, tapi saat ini menjadi Rp 660 per-biji.
Itu pun, harus dipesan atau diorder jauh-jauh hari. Naiknya batu bata karena biaya operasional termasuk hal lainnya meningkat.
“Hitung-hitung sama saja, kami pun dapat sedikit lantaran semua biaya mahal sekarang,” kata Fazli.
Beberapa pengusaha batu bata di Kuta Pangwa, menjawab Serambinews,com terpisah, Selasa (8/10) juga menyebutkan hal serupa. Mereka mengaku kewalahan menerima pesanan. Konon lagi, selama ini pembangunan rumah gantuan gencar di semua kecamatan.
Kawasan Pangwa sebelumnya memiliki lebih 20 dapur bata, tapi pasca gempa Pijay akhir Desember 2016 lalu, kini tersisa sebagian atau sekitar 12 dapur.
Sementara lainnya, terpaksa berhenti setelah bangunan dapur hancur porak poranda.