Breaking News

Riset DNA

Melacak Muasal Moyang Orang Indonesia, Hasil Riset DNA: Tak Ada Orang Benar-benar Asli Indonesia

Negara yang diapit oleh Benua Asia dan Australia ini memang memiliki ragam suku bangsa, dengan lebih dari 700 bahasa dan 500 populasi etnik.

Editor: Taufik Hidayat
Hayati Nupus-Anadolu Agency
Seorang pengunjung tengah menyaksikan pameran Asal Usul Orang Indonesia di Museum Nasional, Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2019. 

Selama satu dekade terakhir, ujar Bonnie, perhelatan politik di Indonesia diwarnai persoalan identitas, stigma yang sengaja diciptakan lewat konstruksi sosial yang rasial. Kelompok tertentu menggunakan senjata yang memecah belah itu untuk kepentingan elektoral jangka pendek.

Argumentasi historis, ujar Bonnie, tidak cukup kuat untuk melawan politik identitas yang terjadi. “Ternyata sejarah masih bisa dipelintir, karena terkait menafsir. Pendekatan saintifik yang lebih eksak, lewat tes DNA, bisa membuktikan kalau kita beragam,” kata Bonnie.

Dengan pengetahuan mendalam tentang DNA, harap Bonnie, Indonesia bisa lebih bertoleransi memahami perbedaan satu sama lain, dan menjaga keutuhan bangsa.

Senada dengan Bonnie, Edo Kondologit juga mengatakan bahwa konflik rasialis terhadap etnis Papua yang belakangan terjadi sebetulnya tidak beralasan. Toh meski memiliki warna kulit berbeda dengan etnis yang berasal dari Barat nusantara, semuanya berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu bangsa Afrika.

Jadi, lanjut Edo, tak ada alasan untuk mengklaim paling Indonesia dan meminggirkan etnis lain yang dianggap berbeda.

“Memang dari awal kita udah beragam. Apa pun warna kulitnya, selama kau hidup dari wilayah Aceh sampai Papua, kau Indonesia,” ujar Edo.

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman mengatakan hasil riset ini dapat menjaga nasionalisme sekaligus meningkatkan wawasan kebangsaan Indonesia yang baru terbentuk. Sebagai bangsa, Indonesia baru terbentuk ketika Sumpah Pemuda dideklarasikan pada 27 Oktober 1928.

Bangsa Indonesia, lanjut Asvi, adalah bangsa baru yang terbentuk hasil kolaborasi beragam unsur pengalaman sejarah. “Bukan dari [orang] asli atau tidak asli,” ujar Asvi.

Indonesia sudah terlalu banyak mengalami peristiwa suram terkait identitas orang asli atau tidak asli itu. Konflik Papua, etnis Tionghoa, bermula dari klaim pribumi vs nonpribumi.

Upaya untuk menghapus konflik ini juga pernah dilakukan pada 2001 lalu, ketika Indonesia mengamendemen UUD 1945 terkait syarat kewarganegaraan. Amandemen ketiga itu mengubah kriteria calon presiden Indonesia, dari orang Indonesia asli menjadi orang yang lahir di Indonesia.

“Karena ‘keaslian’ itu dipertanyakan, itu sangat mendasar,” ujar dia.

Meski begitu, Asvi menyarankan sebaiknya dalam sosialisasi, pemaparan hasil tes DNA ini dijelaskan lebih rinci. Kriteria apa saja yang diukur dan bagaimana prosesnya sehingga persentase hasil itu diperoleh.

“Tidak ujug-ujug muncul hasil berapa persen asal DNA bangsa masing-masing,” kata Asvi.(AnadoluAgency)

Ketahuan Selingkuh, Istri Malah Jual Suaminya Seharga 300 Juta ke Pelakor

Aksinya Beri Uang untuk Polisi Berbaju Lusuh Pernah Viral, Perwira Ini Siap Gantikan Tito Karnavian

15 Perusahaan Teken MoU dengan Pemerintah Aceh

BREAKING NEWS - Banjir dan Tanah Longsor Landa Simeulue

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved