Aceh Roverway
Di Ajang Aceh Roverway, Pengakap Malaysia Merasa Diperlakukan Seperti Ratu
Nor Azlin, sejak usia 10 tahun sudah aktif menjadi anggota pengakap di Malaysia. Pengakap merupakan sebutan untuk gerakan pramuka di Malaysia.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Raut muka Nor Azlin sumringah. Kontras dengan langit Pulau Banyak, Aceh Singkil, yang tertutup mendung hitam, Jumat (25/10/2019) pagi.
Wajahnya tetap imut, kendati sudah dua malam tidur larut. Pengakap Malaysia, itu dipercaya menjadi pembawa acara kesenian yang ditampilkan peserta Aceh Roverway pada malam hari.
Di gazebo pinggir pantai kompleks Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pulau Balai, itu Nor Azlin, bersedia berbicara panjang lebar dengan Serambinews.com.
"Enak bincang-bincang di sini bisa sambil naik buaian (ayunan)," ujarnya dengan logat kental melayu.
Obrolan sesekali harus disertai bahasa isyarat dan contoh agar dipahami. Maklum walau bangsa serumpun, banyak kata yang tidak saling pahami.
Bila sudah demikian maka gelak tawa seketika menjadi pemecah.
Nor Azlin, sejak usia sepuluh tahun sudah aktif menjadi anggota pengakap di Malaysia.
Pengakap merupakan sebutan untuk gerakan pramuka di Negeri Jiran.
Hingga usianya menginjak 27 tahun wanita asal Negeri Kelantan, tersebut tetap aktif di pramuka.
Bukan hanya di Malaysia, Nor Azlin kerap mengikuti kegiatan pramuka di Indonesia. Tercatat wanita yang sehari-hari menggeluti bisnis kosmetik itu sudah tiga kali mengikuti kegiatan pramuka di Indonesia.
Yaitu di Sabang pada tahun 2018, Cibubur, dan dalam ajang Aceh Roverway 2019 di Pulau Banyak.
Ada kesan mendalam yang dirasakannya selama mengikuti Aceh Roverway Pulau Banyak. Nor Azlin, merasa diperlakukan layaknya ratu.
Perlakuan itu membuatnya tersanjung. Kendati ada rasa sungkan, maklum sejatinya seorang pramuka ditempah hidup mandiri.
"Macam ratu," ujarnya.