Salam
Bijaklah Menggunakan Herbisida di Kebun Kopi
HARIAN Serambi Indonesia edisi hari Minggu kemarin menurunkan liputan eksklusif tentang heboh racun rumput (herbisida)
HARIAN Serambi Indonesia edisi hari Minggu kemarin menurunkan liputan eksklusif tentang heboh racun rumput (herbisida) dalam kopi gayo. Dilaporkan bahwa sejumlah pembeli (buyer) di Eropa mulai menolak kopi gayo yang diekspor ke sana. Kejadian ini menghebohkan jagat perkopian Aceh dan nasional.
Pasalnya, alasan yang digunakan sebagai dasar penolakan itu sangatlah serius, yakni di dalam sampel kopi arabika gayo ditemukan kandungan glifosat, sejenis zat kimia di dalam herbisida yang fungsinya mematikan rumput. Glisofat ternyata ikut diserap oleh tanaman kopi, lalu tersimpan di bijinya, dan ketahuan saat penelitian laboratorium dilakukan oleh pembeli di Eropa.
Menurut Rahmah, Ketua Koperasi Kopi Ketiara, Takengon, sampel kopi konvensional yang dikirim ke Eropa bukan hanya sekali, tetapi sudah tiga kali dan semuanya ditolak. Dari semua hasil tes terhadap sampel tersebut membuktikan kopi arabika gayo positif mengandung glifosat.
Karena itulah Rahmah kemudian “bernyanyi” di media bahwa kopi arabika gayo konvensional telah terkontaminasi glifosat. Pernyataannya itu sontak menghebohkan jagat kopi Aceh dan nasional serta dianggap bisa memengaruhi citra kopi arabika gayo di mata dunia.
Cuma, Rahmah sudah mengklarifikasi bahwa yang ditolak itu adalah sampel atau contoh kopi konvensional yang dikirim ke pembeli di Eropa, bukan kopi yang bersertifikat. Sejauh ini hanya pembeli di Eropa yang menolak sampel kopi arabika gayo. Sedangkan pembeli di Amerika Serikat dan negara-negara Asia lainnya, termasuk Australia, masih tetap membeli. Ini karena, untuk Amerika dan Asia, kadar glifosat dalam kopi masih diterima karena kandungannya masih berada di bawah ambang batas toleransi, yaitu nol koma nol sekian. Sedangkan di Eropa ambang batasnya justru zero (nol). Jadi, sama sekali tak boleh mengandung glifosat.
Nah, realitas ini tentulah bukan persoalan sepele, juga bukan masalah eksportir kopi gayo semata. Semua pihak di Aceh, terutama Dinas Pertanian dan Perkebunan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh maupun dinas terkait di tiga daerah-daerah penghasil kopi di Aceh, harus peduli terhadap persoalan ini. Sebab, apabila kondisi ini tak segera disikapi, dikhawatirkan akan menurunkan kualitas kopi arabika gayo, bahkan terancam tidak laku dan terus-menerus ditolak di berbagai negara.
Dampak lainnya adalah harganya bakal anjlok dan akan menyebabkan ribuan petani kopi di tiga sentra penghasil kopi di Aceh, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues rugi besar. Padahal, produksi kopi arabika gayo selama ini mencapai 68.000 ton per tahun. Kabar ini tentu saja menjadi pukulan telak bagi ratusan ribu pekebun kopi arabika di Aceh yang 106.000 hektare di antaranya terdapat di Dataran Tinggi Gayo.
Oleh karenanya, nasib kopi arabika gayo ini harus menjadi perhatian semua pihak, terutama bupati dan Gubernur Aceh. Tak terkecuali Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, koperasi kopi, bahkan petani kopi itu sendiri. Segeralah duduk bersama untuk menyepakati, pertama segera teliti ulang sampel-sampel kopi arabika gayo untuk membuktikan apakah benar atau tidak klaim pembeli kopi di Eropa bahwa kopi gayo kini mengandung glifosat. Jangan-jangan ini hanya permainan spekulan atau strategi importir untuk menjatuhkan pamor kopi arabika gayo.
Kedua, kalau benar sampel kopi gayo terbukti mengandung glifosat, maka segeralah lakukan seruan dan penyuluhan massal agar seluruh petani di daerah sentra kopi berhenti menggunakan herbisida untuk meracun rumput, baik di pinggir apalagi di tengah kebun.
Kalaupun harus menggunakan herbisida juga, maka bijaklah menggunakannya di areal perkebunan. Di dunia pertanian dan perkebunan, rumput memang digolongkan gulma, tapi salah membasmi gulma bisa fatal akibatnya.
Akhirnya, kepada para petani kopi kita sarankan kembalilah ke cara lama dalam membersihkan lahan, tanpa perlu menggunakan racun rumput yang mengandung zat kimia berbahaya seperti halnya glifosat. Melibatkan para pembabat rumput untuk membersihkan lahan atau kebun kopi yang luas justru lebih aman dan memberikan kepada mereka penghasilan, sedangkan rumputnya bisa untuk pakan ternak.
Selain itu, teruslah bertanam kopi, tapi hindari kopinya terpapar zat kimia, dan utamakan menanam kopi yang bibit maupun biji kopinya telah bersertifikat organik.